Friday, November 21, 2008

sayang...


Sayang… gemercik mu halus

Tak terdengar benturan-benturan kecil

Sunyi… sayup senyap


Sayang… suara mu larut

Tak menampak karena silau

Antara kenyataan dan harapan


Mengertikah arah membawa mu

Mengertikah…


Aku… ingin mengepakan sayap hingga menjulang ke angkasa

Menjauh dunia dalam pandangan

Sampai udara tak lagi bersahabat


Tuhan… bawalah aku yang jauh…

Yang jauh yang pernah engkau ciptakan

Aku bosan… bosan…

aku..



Aku ingin menyembah Mu… di atas putihnya penglihatan ku

Aku ingin menyembah Mu… dan memeluk Mu

Aku begitu lemah…

Allah swt… tetaplah tuntun aku

tetap menuntun…

Aku ingin dalam bimbingan Mu

bukan bimbingan orang-orang yang tak bisa membaca kehidupan

Aku ingin dekat dengan Mu…

Wednesday, November 12, 2008

terlalu banyak partai

Terlalu banyak partai, terlalu banyak perdebatan dan terlalu banyak yang menginginkan kekuasaan. Apa jadinya negeri ini jika semua merasa benar, merasa yang dipikirkannya adalah langkah yang terbaik. Ada yang aneh di Negara demokrasi ini, satu per satu mulai berani mengucapkan keburukan-keburukan. Di sini saya mencoba melihat masyarakat sebagai pemilih.

Dari 230 juta lebih penduduk Indonesia, berapakah yang mengerti tentang kepemimpinan? Berapa yang berpendidikan tinggi? berapa yang mempunyai prinsip-prinsip hidup tentang kejujuran? Berapa yang menjalankan perintah agama? Berapa yang mengerti sejarah? Rasanya memang aneh… masyarakat kita yang tidak mengerti tentang itu semua harus menjadi pemilih, menjadi incaran para partai pastinya.

Diantara mahasiswa saja banyak perbedaan ideology, kepentingan dan kebutuhan. Sedangkan masyarakat hanya tahu kalau harga barang naik maka ia akan hidup semakin sulit. Kasihan masyarakat Indonesia. Apa benar yang dibutuhkan di negeri ini adalah demokrasi? Yang banyak menghabiskan biaya untuk perdebatan yang tak penting. Banyak sekali uang yang dikeluarkan untuk keberlangsungan partai.

Padahal, inti dari sebuah Negara adalah kemakmuran. Rakyatnya harus mempunyai penghasilan, dan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan. Sehingga dapat memperbaiki kehidupannya termasuk memperbaiki akhlaknya sendiri dan keluarganya. Apakah rakyat menjadi perhatian kita semua?

Negeri yang indah dan kaya akan sumberdaya alam ini pastinya milik masyarakat. Sayang sumberdaya manusianya masih lemah, menurut saya… karena sdm manusia kita masih lemah, tak perlulah bicara demokrasi yang kebanyakan bicara ini, “tong kosong nyaring bunyinya”.

Masih dibutuhkan pemimpin otoriter, namun yang berhati mulia dan mengerti tentang ilmu pengetahuan yang integrity. Karena negeri ini belum dewasa, masih memalukan di mata dunia. Walaupun juara bulu tangkis, tinju dan olympiade ilmu eksak. Itu hanya sebagian kecil dari 230 juta lebih penduduk Indonesia. Ingat… 230 juta lebih penduduk.

ANDRE’ AUMARS / A. UMAR SAID, wartawan buangan jaman orde baru, beliau pernah bersinggah di lebih dari 40 negara

· Bersikap rendah hati adalah perlu untuk menghadapi orang lain. Rendah hati tidak berarti harus timide (pemalu atau penakut). Pada umumnya, orang suka kepada orang yang rendah hati. Rendah hati tidaklah merendahkan diri, bahkan sebaliknya.

· Sopan terhadap orang lain tidak mengurangi harga diri. Tidak sopan terhadap orang lain pada hakekatnya tidaklah sopan terhadap diri sendiri.

· Kecongkakan atau kesombongan tidak membikin orang lain lebih hormat kepada diri kita sendiri, bahkan sebaliknya. Demikian juga kesukaan untuk membual tanpa dasar. “tong kosong nyaring bunyinya,” kata satu pepatah.

· Kita senang kalau orang lain bersikap simpatik terhadap kita. Orang lain juga akan senang kalau kita bersikap simpatik terhadapnya. Kita tidak kehilangan apa-apa dengan bersikap simpatik terhadap orang lain.

· Merasa senang karena sudah membuat orang lain senang. Artinya, menarik kepuasan dari membuat kesenangan kepada orang lain.

· Merugikan orang lain, bisa berakibat-langsung atau tidak langsung, dan dalam beraneka rupa bentuk – merugikan diri sendiri, dalam jangka dekat atau jangka jauh. Kalau tidak bisa menolong orang lain, janganlah merugikan orang lain.

· Menolong orang lain, tidak selalu berarti kehilangan (waktu, uang, tenaga, atau jasa-jasa lain). Bahkan walaupun tidak selalu pertolongan kepada orang lain ini bisa menjadi pertolongan kepada diri sendiri (dalam berbagai bentuk, langsung atau tidak langsung, dalam jangka dekat atau jangka jauh).

· Kita senang atau menghormati orang yang suka menolong kita sendiri. Biasanya, orang lain akan senang atau menghormati kita, kalau kita suka menolong orang.

· Semua orang ingin dihormati, dan tidak ada yang mau dihina.

Kebenaran atau kebaikan yang pada suatu waktu, atau periode tertentu, dianggap “benar” atau “baik”, bisa saja bahwa kemudian ternyata menjadi “tidak benar” atau “tidak baik”. Disamping itu kebenaran atau kebaikan, atau kejelekan, sering sekali relatif. Relatif kepada apa, kepada siapa, kapan, dimana, dan seterusnya. Karena itu perlu selalu menyesuaikan atau mengontrol pikiran dengan perkembangan atau perobahan.

Dalam pergaulan atau dalam hubungan dengan orang lain, perlu berusaha melihat sesuatu dalam gerak. Semuanya berobah, dan rumit. Apa yang kelihatan, belum tentu merupakan yang “sebenarnya”. Disamping itu, yang sebenarnya itu pun pada suatu waktu bisa berobah. Menurut pengalaman beliau, pergaulan dalam masyarakat memang tidak mudah. Watak orang bermacam-macam, dan kepentingan orang juga berbeda-beda dan berobah-obah.

Tuesday, November 4, 2008

Telanjang....

foto : Pangalengan


Semua selalu begitu… dan terus begitu…

Selalu saja begitu…

Perlakuan, sama saja seperti itu… dan terus seperti itu…

Esok pun seperti itu…

Bosan… sepertinya tak berubah

Sungguh bosan…

Sama sekali membuat hidup tak bernafas

Aku ingin telanjang… telanjang…

Aku paling tidak suka, orang berbohong yang tak harus berbohong…

Lebih sempitnya, orang-orang koruptor dan orang-orang pengejar proyek

Padahal proyek itu tak ada artinya… seperti para birokrat dan orang pintar

Aku paling tidak ingin menjadi orang baik…

Orang yang berjalan lurus tanpa melihat orang yang ada disekelilingnya

Apalagi orang penurut yang merendahkan orang lain

Aku paling muak dengan orang yang mengajarkan kebenaran

Yang selalu berkata “ini loh jalan yang benar, bukan seperti itu…”

Padahal mereka tidak tahu apa yang dialami orang yang dinasihatinya itu

Aku paling kesal, orang yang tidak menghargai hidupnya

Melakukan hal yang sia-sia dan setiap hari seperti itu…

Apalagi orang bermulut besar namun mental seperti banci begitu juga orang pelit

Aku paling senang jika ada anak-anak gelandangan disekeliling ku

Bukan bidadari cantik dan uang melimpah luas

Apalagi orang-orang alim

Aku paling mengagumi dua tokoh Indonesia

Bung Karno dan Bang Iwan Falls

Andrea hirata juga aku kagumi saat ini

Termasuk para penulis buku perjalanan hidupnya dengan jujur


Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...