Tuesday, December 11, 2012

Jangan Pergi 12 12 12

Apapun itu yang melekat dalam sanubari hati dan pikiran, saya benar-benar merasa bersalah. Seperti ada yang hilang, mungkin semangat yang dahulu pernah menjadi raja dalam segala tindakan. Dari segala waktu yang telah dilewati, dan pasti terlalui, saya benar-benar ingin minta maaf kepada daydeh. Seorang yang tidak lagi bisa disebut anak, sebuah nama yang terangkai oleh kekonyolan.

Selama waktu itu berlalu, ada suatu hal yang paling dalam yang pernah saya lalui, dan pastinya di penghujung masa SMA lah semua itu terbentuk. Menjadi rahasia kekuatan yang tak pernah saya bayangkan, dari sebuah rasa yang paling indah yang pernah dirasakan. Justru... sampai saat ini, cuma masa itu yang paling menggetarkan hati.



"Jangan pergi tinggalkan diriku.... aku takut nanti ku terjatuh.... 
Jangan pergi tetapkau disini... bawa aku kedalam pelukmu..."
Setidaknya lagu Sayang dari Rasa Band selalu mengingatkan saya saat muda, saat SMA yang begitu penuh energik dan semangat. Begitu hebatnya keyakinan saya dan prediksi saya terhadap sesuatu dan masa depan saat itu. Sampai akhirnya ternyata apa yang saya simpulkan sejak dahulu, menjadi kebenaran saat ini. "Para pemimpin negeri ini, dan para manusia mapan saat ini adalah pembohong dan penjahat, mereka tidak akan peduli sama orang-orang yang berjalan di bawah dengan pontang-panting."

Lagu itu, yang membuat saya rindu pada segala yang membuat hidup begitu berwarna. Dari sebuah mulut yang dahulu tak pernah berani bicara sepatah katapun... sungguh, dahulu saya takut bicara tentang hidup, tentang cinta dan cita. Cuma bengong menghayal jauh menembus awan-awan yang bersayap jingga tanpa ada batas. Yang akhirnya segala kata yang tak mampu diucapkan menjadi rangkaian kata-kata membentuk kalimat yang hanya mampu dimengerti oleh saya sendiri.

Satu lagi lagu dari Rasa Band yang masih saya sukai, yang menjadi warna saat dulu... ini lagunya :

Waktu yang hina...

Gerak-gerik ku hancur terurai terbang ke langit
Berdebu tanpa arah yang begitu fana
Aku hina...
Tanpa sadar dan tanpa arti...

Aku bagai untaian daun-daun kuning...
Kering tanpa klorofil nafasku
Aku terperangkah...
Dengan akal sehat yang sedikit rusak

Camar selalu bersaut-saut tentang kasih
Jelas hatiku mati...
Namun aku ingin hidup
Bangkit semangat jiwa sadar
Maafkan aku waktu...
maafkan aku waktu...

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...