Saturday, September 14, 2013

Jangan cengeng… (with backsong Paramore - Feeling Sorry)


Langit itu terik sekali, membakar kulit telapak tangan dan sebagian wajah, lalu aku terus berjalan mencari tempat teduh. Aku lihat beberapa orang sudah nyaman dalam keteduhan, tak tersentuh matahari, tak tersentuh hujan, aku lihat mereka beruntung sekali. Namun aku juga melihat banyaknya orang yang justru hitam terbakar sengat matahari sampai tak bisa berjalan, mereka justru hilang arah tak tahu mencari keteduhan dimana.

Perbedaan demi perbedaan antara satu dengan satunya membuat aku tunduk, tapi tidak diam. Aku coba berlari, tidak diam, tidak lama memandang kebelakang, tidak… aku tidak mau. Tidak akan ku kubiarkan air mata mengalir melihat pedih, tidak pula tidak ingin tertawa lama-lama karena nikmat. Belum, aku belum puas dan tidak akan cepat puas, karena aku manuisa. Namun aku tidak akan menjadi cengeng, persetan dengan cengeng. Kembali memandang positif, kembali memandang positif…

Aku tidak peduli siapa pun yang suka dengan hal negative, aku tidak peduli pada siapa pun yang bermanja-manja dengan nikmat, aku tidak peduli dengan apapun yang dilakukannya, yang hanya untuk dirinya. Siapapun manusia bisa menjadi egois dan keras kepala, dan itu bisa saja ada di diri ku, tapi tidak untuk keserakahan, aku tidak ingin itu ada didiriku. Biarlah emosi ini menemani ku dalam berjalan, sehingga aku tidak membutuhkan keteduhan yang menipu.

Tuesday, September 10, 2013

Manusia sempurna yang pernah saya kenal...

Belum pernah dalam hidup ini saya bertemu manusia begitu sempurna, tentu saja sempurna dalam kacamata saya, entahlah bagi kalian yang membaca ini. Tapi tahun ini, mata saya melihat langsung orang seperti itu, ya seorang yang bisa menjadi inspirasi hidup.

Keisengan saya melanjutkan studi S2 di salah satu kampus negeri di Bogor membawa sekelumit cerita yang indah, yang akhirnya berujung perpisahan-perpisahan ketika kami masih berjalan mendaki. Di situ, walau hanya satu semester, kami menjadi lukisan-lukisan awan yang begitu sensasional. Sampai akhirnya, saya bisa menjawab pertanyaan teman-teman saya di awal, yang bertanya “ngapain sih lu melanjutkan studi sampai S2? Elu mau ngapain di situ? Semua ilmu saat ini bisa di dapat dengan searching di google dan belajar sendiri.”

 Ada yang tidak bisa kita dapatkan bila kita belajar sendirian mengandalkan mesin pencari internet. Secara pengetahuan tentang ilmu, mungkin bisa di dapat disana, bahkan bisa saja lebih pintar dari yang kuliah, tergantung seberapa sering dia belajar bersama mesin itu. Tapi tidak tentang nilai sosial, nilai sosial hanya bisa di dapat bila kita bersosialisasi atau dalam kuliah disebut persahabatan antara mahasiswa. Di semester pertama bersama teman-teman S2, rasanya seperti terpisah dari dunia lain, maka kami terkurung dalam satu nuansa menggapai mimpi yang sama. Di situ kami bersahabat dan berjuang dengan pengorbanan yang begitu besar dari pribadi kami masing-masing, itu yang saya tahu dan saya rasakan.

Semua dimulai dengan berantakan, kami memulai kuliah dengan sangat berantakan. Kami berenam, memiliki keunikan yang layak menjadi inspirasi. Tidak ada wanita, tidak ada yang biaya kuliahnya berasal dari beasiswa, tidak ada bangunan yang bagus, tidak ada perpustakaan yang lengkap dan kampus kami jauh dari kampus utama. Tapi bahasa pengantar kami English, oleh karenanya kami sering tidak nyambung dengan apa yang dijelaskan oleh dosen.

Perjalanan yang paling jauh yaitu saya, saya mesti bolak-balik Jakarta-Bogor yang menghabiskan waktu perjalanan sekitar 2 sampai 3 jam sekali perjalanan, maka sehari menghabiskan waktu 4 sampai 6 jam perjalanan. Paling dekat si Ferdi, dia ngekos di depan kampus. Separuh dari kami merupakan pegawai, dan separuhnya murni kuliah. Paling tua Pak Nursugi yang anaknya sedang kuliah, paling muda si Maul yang fresh graduate.

Lambat laun kami mengenal pribadi masing-masing, tugas-tugas menumpuk membuat kami berantakan, tapi tidak untuk satu orang, Bahasa pengantar yang menyulitkan, tapi tidak untuk satu orang. Jadwal kuliah yang berubah-ubah membuat kami kadang mengeluh, tapi tidak untuk satu orang. Segalanya di sana menjadi negative dan sulit, tapi tidak untuk satu orang. Satu orang itu tidak berubah, dia dia juga.
….

Dialah yang akhirnya menjadi inspirasi saya dan yang lainnya. Mungkin dia tidak pernah sadar bahwa ada nilai-nilai positif yang menyebar ke pribadi kami masing-masing.

Saya sebut sempurna, karena dia merupakan sahabat tersempurna yang pernah saya kenal. Tidak hanya bagi, bagi teman-teman kami yang lainpun berkata seperti itu. Dan saya akan menjelaskan mengapa dia bisa dijadikan inspirasi buat kami, dan saya rasa bisa dijadikan inspirasi bagi semua orang dan anak muda.

Anak ini, bicaranya rendah hati sekali, perilakunya hormat sama siapa saja, taat menjalankan agamanya, gayanya sederhana, pintar, baik dan jujur. Dari situ saja kita sudah bisa memberi nilai A. Tidak hanya itu, dia merupakan anak kreatif, dia bisa memainkan alat musik gitar, keyboard, bass dan drum, tapi dia dikenal sebagai vokalis, suaranya lembut dengan suara dalam atau suara perut gaya vokalis band di eropa dan amerika, karena memang dia bukan perokok. Dia pandai berpuitis dengan lagu-lagu, lagunya ditulis dengan lirik penuh makna dan bahasa English kebanyakan. Band indie nya terkenal di Bogor, yang memiliki konsep bermusik menyebarkan kebaikan dan optimisme, bahkan beberapa lagunya pernah diputar di acara sosial di Eropa dan Amerika.

Selera musiknya hampir mirip dengan saya, impiannya besar, dia bahkan pernah gempar di negeri ini gara-gara iseng membuat UFO di Jakarta. Itu belum seberapa kawan, saya kenal banyak orang ini, beberapa kali kami karokean dan suaranya memang bagus, dan terakhir kali saya duet bermain gitar, dia bermain keyboard sambil bernyanyi. Anak ini tidak banyak gaya tapi unyu.. so sweet lah..

Anak ini mendapat nilai IPK sempurna yaitu 4.0 atau A semua mata kuliah. Bila musik juga bernilai maka kreatifitasnya juga A, begitu pula kesederhanaan hidupnya yang juga A. itu belum selesai kawan, saat ini dia ke eropa karena mendapat kesempatan beasiswa S2 di Skotlandia dengan jurusan yang hampir sama seperti kami ambil di Bogor ini. Adiknya mendapat beasiswa double degree di US dan Perancis. Karena itu saya jadi penasaran dengan keluarganya, bisa mendidik anak sebagus itu, bagaimana caranya.

Ketika saya mampir ke rumahnya, maka saya langsung bilang dalam hati “ini adalah anak yang paling sempurna yang pernah saya kenal…”. Rumahnya besar sekali, di dalamnya ada studio tempat dia berkreasi, Ibu dan Bapaknya adalah pegawai negeri yang pendidikan keduanya sampai gelar Doktor/S3.

Masih banyak anugerah lain dari Tuhan yang dia dapatkan, anak ini pintar, kreatif, baik, masih muda, taat beragama, gayanya sederhana dan bisa bercanda bocor. Secara fisik dia laki-laki ganteng… “Sempurna…”. Saya saja yang cowo kelepek-kelepek, gimana cewe?

Lalu saya pun bisa menjawab untuk apa melanjutkan studi S2?, jawabanya sederhana : menuntun ilmu tidak ada batasnya, di sana saya belajar dan bersahabat, serta membuka pikiran saya bahwa pendidikan itu penting.

Belajar disini, belajar untuk berani jujur, kreatif, tidak goyah termakan nafsu dan emosi, serta menjadi cerdas dan tepat dalam mengambil tindakan. Bersahabat disini adalah upaya menghilangkan fanatik kebenaran diri sendiri, fanatik egois dan keserakahan ingin menang sendiri, setidaknya belajar berbagi. Terakhir sudah jelaskan bahwa pendidikan itu penting, teman saya yang sempurna itu bisa jadi karena orang tuanya berjuang mati-matian membentuk keluarga se romantic itu, semakin tinggi pendidikan maka semakin tau arah dalam mendidik anak dan membangun keluarga.

Terakhir saya ucapkan Alhamdulillah… saya masih diberi kesempatan melihat hal-hal yang baik….

Berikut adalah salah satu lagunya Funeral For Turquoise bersama Bandnya Asphoria

Monday, September 9, 2013

Dongeng sebuah Jam Dinding...

Jarum detik itu tetap acuh
Berbising dalam hening yang panjang
Berputar-putar dan bersemedi
Menertawakan ku di bawahnya

Jam dinding bercerita tentang dongeng
Sandiwaranya bak semesta malam
Roh ku pun mengapung di udara
Demi masa…

Ada yang tesembunyi dari naskahnya
Sebuah kata yang malu dikatakan
Ada yang tersenyum di balik kertasnya
Sebagai pengantar perannya

Mawar putih
Hadir bersama unsur tempat
Kiranya menjadi indah dengan sinar, tanah dan air yang cukup
Saling melengkapi

Begitulah dongeng sebuah jam dinding
Waktu membutuhkan tempat
Tempat membutuhkan waktu
Karena itulah aku dan kamu ada..
Diciptakan dari Zat Yang Maha Agung…
Yang tidak membutuhkan waktu dan tempat..
Karena itu.. Cinta tak mengenal istilah waktu dan tempat…

Saturday, September 7, 2013

Bukan Amorf…

Foto : MIT IPB Students 2013
Dalam kristalisasi batuan, terdapat perbedaan proses pembentukan agar menjadi sebuah batu. Batuan amorf merupakan sebuah proses kristalisasi yang tak sempurna. Seperti batu apung yang bentuk permukaan dan dalamnya banyak sekali poros, karena proses kristalisasinya tidak terjadi di dalam tanah vulkanik, dia mengkristal di luar. Berbeda dengan batu metamorf seperti intan permata, emas dan unsur-unsur yang memiliki nilai tinggi, batu jenis ini memiliki kristalisasi sempurna dan memerlukan waktu yang begitu panjang.

Benak saya, langsung menuju perbandingan dalam kehidupan sehari-hari. Ingat bahwa sebuah proses yang benar walau waktunya agak lama, menghasilkan sesuatu yang bernilai. Mungkin butuh kesabaran dan ketahanan mental yang sangat kuat dalam pembentukan kristalisasi yang sempurna, sperti batuan metamorf, atau mungkin seperti metamorfosis pada kupu-kupu.

Buat teman-teman, semoga perjalanan kita ini dan perpisahan sementara ini adalah pengkristalisasi hidup yang bukan amorf… Kelak menjadi manusia yang bernilai… Amiiin…


Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...