Wednesday, April 30, 2014

Ada Perbedaan Terbelesit...

Ada yang berbeda pada percakapan kami, kali ini pembicaraan terasa memiliki perbedaan, kaya akan informasi yang tidak biasa. “di Jakarta itu orang pada sibuk, mereka semua berlari, dikejar target harus begini dan begitu…” kata teman ku “beda sama di Aceh, kita santai, bisa ngumpul dan ngopi-ngopi sepulang kerja, kapan saja kita bisa ketemuan, tidak terburu-buru dan tidak harus begini dan begitu…”

Saya akui, memang saya begitu sibuk dan berusaha mencapai target-target. Ah… saya iri dengannya. Tapi terbelesit saya menangkisnya dalam persamaan pendapatnya, ya saya memang setuju apa yang di katakannya, memang dalam perbedaan tempat maka ada perbedaan gaya hidup.

Namun, tidak mungkin juga Jakarta yang sudah menjadi kota seperti ini, berubah cepat menjadi kota yang santai. Dan saya akui juga bahwa akan sangat sulit hidup di Jakarta bila dalam kesehariaannya terlalu santai. Ah… biarlah perbedaan itu menjadi pelukis cerita dalam percakapan kami, dalam hidup kami.

Setidaknya, sesibuk apapun hidup di Jakarta dan seberat apapun mencar nafkah di Jakarta, saya tetap iklhas. Saya akan jalani kesibukan-kesibukan ini dengan santai dan senyum, menikmatinya seakan saya sudah lupa dengan yang namanya santai. Memperhatikan orang-orang yang sabar bekerja dari Bogor ke Jakarta dengan commuter line, setidaknya seperti melihat orang yang teguh kuat dan begitu sabar. Mengaca padanya bila ada keluhan, “ahhh… kawan, bila kesibukan ini adalah yang terbaik hidup di Jakarta, seberat dan sepelik apapun yang kau ceritakan pada Jakarta… maaf, aku tetap jalaninya dengan iklhas…”  

Sunday, April 20, 2014

Hari bahagia…

Selesai solat zuhur hari ini, sajadah bergerai hanyutkan duniaku. Melikuk lembut mengingatkan halusnya sentuhan seseorang yang selalu ada di sisiku. Yang selalu menampar keangkuhanku, yang mampu menjatuhkanku untuk menjadi manusia seutuhnya, dan yang sanggup membuat genangan mata ini banjir meluap tak tertahankan.

Senyumnya lebih dari malaikat pengasih sayang, marahnya hanya menyadarkanku kembali menjadi manusia sederhana, dan tidurnya… tidurnya lebih dari bayi yang lahir, begitu sucinya. Bahkan aku tak tahu apa dia memang kekasih Sang Pencipta.

Tadi pagi aku menjemputnya, lalu mengantarnya ke sekolah tempat ia belajar… yup tempatnya belajar yang saat ini duduk di semester 5 untuk gelar sarjana, padahal usianya sudah 50 tahun. Dia ibuku, aku tak sampai mengerti apa yang beliau pikirkan. 

Foto: Dama, Opank, Dini, Mamah, Daydeh, Maret 2014
Ahhh ibu… biasa aku memanggil “mama”, ah mama… asal kamu senang, aku akan mendukungmu selalu. Menjadi pemimpin dan ibu bukanlah hal yang mudah, namun dia telah membuktikannya, beliau mampu. Belum lama anak bungsunya mendapa gelar sarjana, saya sebagai anak pertama Alhamdulillah saat ini sedang studi master, sedangkan anak yang tengah walau hanya D2 tapi dia telah membina rumah tangga dan dikaruniai bayi yang lucu sekali, yup… sangat lucu…
Foto: Zorrel usia 1 minggu
 Zorrel Mazka Adebran Herdian adalah cucuk dari mamahku, usianya kini 7 bulan dan sudah memenangkan 3 kali juara 1 lomba foto dan 1 kali juara 2 lomba foto. Kehadirannya terlihat membuat mamah lebih bahagia, karena kami sebagai anak-anaknya sudah tumbuh menjadi dewasa. Sering ku perhatikan betapa Zorrel tenang dan anteng bersama mamahku ketimbang mamahnya sendiri.
Foto: Zorre and Family, maret 2014
Yup, karena itulah saya percaya bahwa kebahagiaan terletak di dada masing-masing orang, terlebih keluarga sendiri… Alhamdulillah…..

Just fun...

Hey you...
yes, you..
Hi you...

I'm daydeh....


Saturday, April 12, 2014

Harmony



Aku mengenal dikau
Tak cukup lama... separuh usia ku
Namun begitu banyak... pelajaran
Yang aku terima

Kau membuatku mengerti hidup ini
Kita terlahir bagai selembar kertas putih
Tinggal kulukis dengan tinta pesan damai
Kan terwujud Harmony...

Segala kebaikan...
Takkan terhapus oleh kepahitan
Kulapangkan resah jiwa...
Karna kupercaya...
Kan berujung indah

Kau membuatku mengerti hidup ini
Kita terlahir bagai selembar kertas putih
Tinggal kulukis dengan tinta pesan damai
Kan terwujud Harmony...
by Padi - Harmony

Saturday, April 5, 2014

Bila mampu lebih membahagiakan, mengapa hanya cukup membuatnya tertawa...

Percaya atau tidak percaya, waktu cepat sekali berputar. Setiap harinya manusia memiliki cerita yang berbeda-beda, dan berbeda pula cara menyikapi waktu yang cepat itu. Tanpa disadari, sejarah melihatkan hikmah yang sari patinya dapat dijadikan pelajaran. Yang tak mau belajar, ya suka suka dia.

Sungguh, saya tidak nyaman bila hidup ini hanya untuk kesenangan semata. Saya ingin menjadi orang yang bermanfaat, bukan karena ingin surga akan kebaikan, bukan. Menjadi manusia yang terlalu biasa juga membuat saya gerah, terlalu statis membawa kebosanan hidup.

Bila mampu membantu banyak orang, mengapa membantu sedikit orang. Atau bila mampu berbuat lebih baik kemanfaatannya, mengapa hanya baik. Bila mampu melihat kehidupan sampai ke ujung dunia, mengapa harus terus berputar di sini. Bila hari ini seharusnya banyak hal yang bisa di lakukan, mengapa cuma diam. Bila ada cinta yang indah, mengapa memilih yang menyakitkan. 

Bila sebagian orang ada yang pesimis pada negeri ini atau pada dirinya sendiri, maka aku adalah bagian optimis. Negara ini terlalu indah dan keramahannya membuat aku begitu mencintainya, Negara besar yang sedang tumbuh berjuang untuk kesejahteraan bersama. Aku pun berjuang semampu ilmu yang ku punya, dan terus ku tingkatkan agar lebih banyak yang  bisa ku beri. Tak ada batas Negara dalam kebaikan, karena aku adalah warga dunia.

Bila aku mampu lebih membahagiakan keluarga, mengapa hanya cukup membuatnya tertawa.

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...