Wednesday, April 3, 2019

Tentang Keberanian Memilih Jalan

Jika kita dikasih dua pilihan antara membuat nasi goreng yang sudah ada resepnya dengan nasi goreng belum ada resepnya, kira-kira kita akan memilih apa?

Saya sepakat jika membuat nasi goreng yang sudah ada resepnya itu jauh lebih mudah daripada membuat nasi goreng yang belum ada resepnya, bahkan jika resepnya itu sangat laku untuk dijual maka kita bisa untung. Tetapi, jika kita membuat nasi goreng yang belum ada resepnya tentu saja hasilnya bisa lebih enak atau kurang enak. Jika nasi goreng yang belum ada resepnya ternyata bisa lebih baik dari nasi goreng yang sudah ada resepnya maka kita melakukan sesuatu diluar yang biasa.

Melakukan sesuatu hal yang diluar kebiasaan inilah disebut keberanian memilih jalan, hal inilah yang dilakukan oleh para startup anak-anak muda milenial yang akhirnya banyak merubah cara sistem bekerja dari cara-cara lama menjadi cara baru yang membuat biaya semakin efektif dan pekerjaan menjadi mudah, atau yang dikenal dengan industri 4.0. 

Orang-orang yang memilih bekerja sesuai sistem yang ada seperti di perusahaan-perusahaan besar atau di kalangan pegawai negeri sipil, merupakan wujud cerminan cara hidup dalam keberanian memilih jalan. Orang-orang seperti ini lebih memilih kenyamanan dalam hidup ketimbang membuat usaha baru yang resikonya lebih besar. Memang tidak ada salahnya memilih jalan seperti ini.

Masalahnya, pesatnya perkembangan teknologi membuat satu persatu cara-cara lama tergantikan dengan cara baru. Tinggal kita, seberapa berani memilih jalan. Apa kita memilih menjadi penonton, dengan membiarkan para startup tumbuh dan merubah sistem. Atau kita memilih menjadi bagian yang merubah sistem.
Gambar: Konvensional yang mudal dilakukan dan Secrets yang sulit dilakukan (Zero to One)

Saya dan beberapa teman sebagai anak-anak lulusan geografi akhirnya memilih berani membangun perusahaan, dan berkomitmen untuk menjadi bagian yang akan merubah sistem yang lama. Bahkan teman saya ada yang tadinya pegawai negeri sipil dari kementrian yang populer, kini memilih berjuang dengan saya untuk menjadi perubah sistem lama.

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...