Bulan Ramadhan ini saya berkesempatan berkunjung ke salah satu kota yang pertumbuhannya cepat, karena sejak tahun 1999 sampai 2005 kota ini menjadi kota mati. Ambon menise, dengan segala keindahannya hadir temeni saya di Ramadhan ini.
Kota Ambon terlihat mungil ketika saya lalui jalanan yang berkelok-kelok dan berbukit. Kapal fery penyebrangan dengan waktu sekitar 10 menit membawa pandangan kota dengan mental nelayan. Di tepi pantai pedagan ikan asap berjualan dengan tenang.
Kulit hitam yang memiliki senyum manis hampir dimiliki seluruh kaum hawa di Ambon, dengan body langsing dan tegar banyak dimiliki wanita di Ambon, tidak ada gemulai dan ayu. Sekali terlihat wanita dengan kulit putih maka kita akan terbengong-bengong, mereka seperti bukan orang Indonesia. Memang, bangsa Portugis dan Belanda bertahun-tahun telah mencampurkan orang ambon. Wanita Ambon menjadi menawan, bermata biru dan berambut pirang. Orang kulit hitam pun tak kalah, dengan rambut keriting serta senyum yang manis membuat kesan khas ambon.
Selain ikan yang melimpah luas di Laut Banda, Laut Aru dan sekitarnya. Sejak ratusan tahun yang lalu Ambon diburu para pedagang asing karena memiliki hasil pertanian pala dan cengkeh yang menawan. Harum dan rasanya adalah nomor satu di dunia. Besi putih menjadi oleh-oleh kerajinan yang bisa kita bawa, selain minyak kayu putih yang memang terkenal kualitasnya.
Saya tidak tahu kemana hasil sumberdaya ikan, pertanian dan tambangnya. Apakah membawa kemajuan warganya?. Tapi buat orang yang senang jalan, ambon termasuk kota yang indah. Pantai Natsipe menjadi pantai yang ramai dikunjungi karena pasir putih dan air jernihnya membuat orang selalu ingin berendam. Di beberapa titik kita bisa memancing asalkan gelombang sedang bersahabat.
Di tengah-tengah cuaca yang panas, kini pembangunan di Kota Ambon terlihat begitu cepat, mereka ingin pergi dari kehancuran yang pernah dideritanya sekitar 10 tahun yang lalu.
Kota Ambon terlihat mungil ketika saya lalui jalanan yang berkelok-kelok dan berbukit. Kapal fery penyebrangan dengan waktu sekitar 10 menit membawa pandangan kota dengan mental nelayan. Di tepi pantai pedagan ikan asap berjualan dengan tenang.
Kulit hitam yang memiliki senyum manis hampir dimiliki seluruh kaum hawa di Ambon, dengan body langsing dan tegar banyak dimiliki wanita di Ambon, tidak ada gemulai dan ayu. Sekali terlihat wanita dengan kulit putih maka kita akan terbengong-bengong, mereka seperti bukan orang Indonesia. Memang, bangsa Portugis dan Belanda bertahun-tahun telah mencampurkan orang ambon. Wanita Ambon menjadi menawan, bermata biru dan berambut pirang. Orang kulit hitam pun tak kalah, dengan rambut keriting serta senyum yang manis membuat kesan khas ambon.
Selain ikan yang melimpah luas di Laut Banda, Laut Aru dan sekitarnya. Sejak ratusan tahun yang lalu Ambon diburu para pedagang asing karena memiliki hasil pertanian pala dan cengkeh yang menawan. Harum dan rasanya adalah nomor satu di dunia. Besi putih menjadi oleh-oleh kerajinan yang bisa kita bawa, selain minyak kayu putih yang memang terkenal kualitasnya.
Saya tidak tahu kemana hasil sumberdaya ikan, pertanian dan tambangnya. Apakah membawa kemajuan warganya?. Tapi buat orang yang senang jalan, ambon termasuk kota yang indah. Pantai Natsipe menjadi pantai yang ramai dikunjungi karena pasir putih dan air jernihnya membuat orang selalu ingin berendam. Di beberapa titik kita bisa memancing asalkan gelombang sedang bersahabat.
Di tengah-tengah cuaca yang panas, kini pembangunan di Kota Ambon terlihat begitu cepat, mereka ingin pergi dari kehancuran yang pernah dideritanya sekitar 10 tahun yang lalu.