Saat itu aku lelah… saat itu aku bosan, lalu aku bersandar pada gunung-gunung tinggi, pada ranting bercabang tua, pada tanah hitam pekat bertahan merah, dan tanpa ragu aku katakan saat itu aku sangat bahagia. Saat itu, gelombang percik air memuncarkan pelangi dari sebuah nama air terjun. Ketika itu angin meronta-ronta menggoyak baju tebalku, ketika itu kabut-kabut terbang berlari berlomba adu cepat denganku.
Saat itu, saat aku begitu lelah.. aku sangat bahagia bersama Mu wahai alam. BersamaMu saat itu, tidak ada keraguan pada diriku tentang masa depan, bahwa masa depanku pasti indah, seindah singgasanaMu yang hanya tersedia warna yang jujur.
Saat itu… akupun berani melukis namaMu dari hati kecilku yang sangat dalam.. NamaMu adalah Menari Di Awan… namaMu adalah warna kejujuran, ketulusan, kebenaran, kedamaian dan keiklhasan.
Lalu kau menyuruhku kembali ke Bumi, untuk berjuang sepertiMu… sepertiMu yang membahagiakan ku saat itu, maka kau menyuruhku untuk membahagiakan orang-orang disekitarku, semua yang ada di dekatku. Tapi ternyata aku begitu sulit, tidak terbiasa akan kehidupan di bumi, dan selalu saja aku ingin kembali bersamaMu. Tapi aku tidak sadar, kesulitan itu sebenarnya adalah proses yang mestinya dijalani dengan kuat dan sabar.
Hai kamu yang tidak pernah luntur akan keindahan, wahai Menari di Awan… bila proses ini telah berhasil ku lalui sampai selesai dengan perjuangan yang begitu anggun. Aku akan membawa orang-orang disekitarku.. untuk juga Menari bersamaMu… Menari di Awan…
Bila beberapa waktu lalu aku tidak kuat akan proses ini, lalu mengeluh, maafkanlah aku.. karena aku belum menyadari arti sebuah perjalanan. Tapi lihat saja nanti, bersamaMu aku akan Menari di Awan….