Surat untuk Lintang Matadiraya…
6 Januari 2017, sore itu kamu masih di dalam perut Ibumu. Bersama abi, ibumu dicek di sebuah klinik dekat rumah, klinik ini merupakan klinik terdekat dengan rumah, karena rumah kita merupakan perumahan di suatu desa yang lumayan jauh dari pusat kota. Kata dokter, ibumu sudah pembukaan 1, bila sampai pembukaan 10 maka bisa lahiran. Abi dan ibumu panik, karena prediksi kelahiranmu masih sekitar 2 minggu lagi. Malam hari nenek bersema ante dinot datang dari Jakarta untuk menemani kita. Dan jam 7 malam diperiksa lagi di klinik katanya sudah pembukaan 2.
7 Januari 2017, jam 1 malam ibumu gelisah, setiap 5 menit dia mules, disitulah abi mulai merasa bahwa kamu akan hadir. Jam 1 malam itu ibumu, abi boncengin naik motor ke klinik yang biasa kontrol dekat rumah. Untung langit cerah, karena klo hujan jalanan akan becek dan licin. Sesampai di klinik, kata bidan, sudah mau pembukaan 3, mungkin masih lama lahirnya. Ya malam hari di klinik tidak ada dokter, hanya ada bidan 2 orang yang siap menunggu ibu-ibu yang ingin lahiran. Akhirnya abi dan ibumu memutuskan untuk pulang kerumah, karena katanya masih lama, dan wajar bila ibumu akan mules terus.
Dirumah dari jam 01.30– 04.00 dini hari, ibumu tidak bisa tidur dan sering sekali mules, sampai akhirnya nenek menyuruh kita ke klinik. Ya kita ke klinik lagi dengan motor. Sampai di klinik, ibumu tiduran sambal mules setiap menitnya.
Jam 6 pagi, ibumu teriak-teriak kesakitan sambil mules-mules, abi sampai diomelin gara-gara menyuruh ibumu jangan teriak. Bidan abi bangunin untuk mengecek ibumu, dan ternyata benar, sudah pembukaan 10, dan siap lahiran. Di ruangan itu, hanya ada 2 bidan, ibumu dan abi.
Berkali-kali abi melihat kepalamu nongol, tapi berkali-kali itupula ibumu tidak berhasil mengeluarkanmu. Sampai akhirnya jam 6.30 pagi, kamu benar-benar keluar. Ajaib, Subhannallah….
Abi melihat selaput-selaput yang menutupi kulitmu, sambil dibersihin oleh bidan, bidan satunya lagi sedang membersihkan dan menjahit kemaluan ibumu yang kesakitan saat mengeluarkanmu. Abi perhatikan kamu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Airmata abi mengucur sendirinya tiada henti, terharu sekali.
Jam 6.45 setelah kamu bersih, abi meng-Azankan-mu. Sangat jelas sekali didepan kepalamu. Pertamakalinya kamu membuka kelopak mata, dan langsung melirik abi, ketika abi Azaan. Abi tersenyum, menetes air mata karena haru. Ingat ya dek, kamu lahir pada tanggal 7 Januari 2017, sekitar jam 6.30, sebuah angka ganjil yang cantik.
|
Foto: Lintang Matadiraya 7-1-2017 |
Tentang Namamu
Ibumu, dari awal kehamilanmu ingin sekali punya anak bernama Lintang, kebetulan abi tidak mempermasalahkannya, karena nama lintang lumayan bagus. Kata ibumu, teman-temannya yang bernama lintang selalu pintar, semoga bisa menular ke kamu dek. Sedangkan nama Matadiraya abi ambil dari nama seorang anak, yang ibunya merupakan seorang penulis novel dan media berita yang abi kagumi. Tulisan-tulisannya bagus dan bernilai tinggi yang bercerita tentang keadaan sosial dan masyarakat Indonesia, bukan tulisan yang komersil.
Abi sendiri memiliki tafsir dari namamu Lintang Matadiraya.
Lintang merupakan sebuah garis vertikal dalam sumbu koordinat bumi, vertikal ini ibarat sebuah hubungan antara Tuhan dan Manusia. Ya… dalam nama itu terselip agar kamu hendak selalu dekat dengan Allah SWT, kelak kamu menjadi Bintang yang mampu menyinari cahaya di sekelilingmu. Cahaya yang terang, yang memberi kemanfaatan bagi sesama manusia, bahkan terhadap hewan, tumbuhan dan lingkungan. Lintang bermakna cahaya seperti para nabi dan alim ulama, yang dipimpin oleh nabi kita, Nabi Muhammad SAW.
Matadiraya, dalam doanya agar kamu dapat melihat dengan mata hati dan pikiranmu sebaik-baiknya dalam melihat alam raya ini. Agar kamu mampu melihat alam raya dengan menyeluruh, tidak separuh-separuh. Sehingga kelak kamu akan menjadi orang yang bijak, bukan orang yang emosian dan bukan menjadi orang yang sombong. Jadilah bijak karena petunjuk Allah SWT, seperti doa dalam Surat Al Fatteha.
Meskipun abi tidak memberikan nama dari Bahasa arab ataupun nama-nama Islam, tetapi ketahuilah bahwa dalam namamu terselip doa, dan agar kamu dapat mengikuti akhlak dari pemimpin kita, yaitu Nabi Muhammad SAW.
Lintang Matadiraya, gunakanlah hati, pikiran dan badanmu sebaik-baiknya seperti lirik lagu Iwan Fals untuk anaknya yang bernama Raya. Raihlah ilmu sebaik-baiknya agar menjadi mutiara seperti lagunya Netral yang berjudul Lintang.
Lintang, berjalanlah di bumi dengan senang tanpa ingin disukai oleh orang lain, iklhaskan diri menggapai hidup yang mulia. Jangan lupa untuk selalu menolong orang-orang yang membutuhkan. Raihlah apa yang kamu cita-citakan dan jangan patah semangat, bila berhasil bersyukurlah, dan bila gagal jangan pernah mengeluh ataupun putus asa. Karena proses itu sesungguhnya lebih penting dari sebuah hasil.