Di Bandung saya berjalan, melalui ruang-ruang yang pernah dilalui namun tak pernah terlihat. Merasakan bumi yang tak bergerak, menenggelamkan debu dalam asap, membiarkan luka memanas. dari bintang yang tak pernah benderang, dari ujung yang samar berhampa, dari sosok yang berakar, dari garis bawah yang hitam....
Sejak itu, lahirlah bangkai para pujangga, temukan putih yang hitam, gemuk bergantungan melambai-lambai... kesempurnaan yang merubah, kesempurnaan yang gila, kesempurnaan yang tak bermakna...
Demi kitab para dewa, demi gunung yang terpanas, demi luapan yang mencair, demi bayi yang menangis, demi Malaikat penggerak...
Asap rokok berputar-putar menggelengkan tenggorokan, Bir membeku di hati yang putih katanya... katanya Indah... katanya Senang... Katanya Tenang... Katanya dan katanya selalu...
Sudah ku lalui yang ingin ku lalui... sudah ku jalani semua yang di jalani... sudah ku katakan yang ku katakan... sudah ku lihat yang terlihat... sudah ku dengar... sudah ku rasakan... sudah dan sudahlah katanya bijak... manis... lembut... terkadang marah membenci...
Di Bandung akhirnya aku memutuskan, untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang pernah salah... mempelajari kenakalan yang pernah saya lakukan... melupakan tentang kesenangan di jiwa...
Sudah saatnya saya kembali pada-Nya... pada Sinar-Nya... pada Cinta-Nya... Pada Pelukan-Nya... pada Lembut-Nya...
Sejak itu, lahirlah bangkai para pujangga, temukan putih yang hitam, gemuk bergantungan melambai-lambai... kesempurnaan yang merubah, kesempurnaan yang gila, kesempurnaan yang tak bermakna...
Demi kitab para dewa, demi gunung yang terpanas, demi luapan yang mencair, demi bayi yang menangis, demi Malaikat penggerak...
Asap rokok berputar-putar menggelengkan tenggorokan, Bir membeku di hati yang putih katanya... katanya Indah... katanya Senang... Katanya Tenang... Katanya dan katanya selalu...
Sudah ku lalui yang ingin ku lalui... sudah ku jalani semua yang di jalani... sudah ku katakan yang ku katakan... sudah ku lihat yang terlihat... sudah ku dengar... sudah ku rasakan... sudah dan sudahlah katanya bijak... manis... lembut... terkadang marah membenci...
Di Bandung akhirnya aku memutuskan, untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang pernah salah... mempelajari kenakalan yang pernah saya lakukan... melupakan tentang kesenangan di jiwa...
Sudah saatnya saya kembali pada-Nya... pada Sinar-Nya... pada Cinta-Nya... Pada Pelukan-Nya... pada Lembut-Nya...
No comments:
Post a Comment