Pagi tadi, sebelum saya ke kantor saya sempatkan datang ke rumah salah satu almarhum yang menjadi korban saat usai pertandingan sepakbola (Persija dan Persib). Saya melihat mukanya biru lembam seperti bekas pukulan, kata teman saya si korban juga mengalami tusukan di perut dan di kepala bagian belakang. Masih kata teman saya, korban memang tidak memakai kostum salah satu sepakbola yang bertanding namun kedatangannya ke sana memang untuk mendukung salah satu klub yang merupakan klub kebanggaan di kotanya ini, yaitu kota Jakarta.
Siapakah si korban? Mengapa saya datang ngelayat kerumahnya? Lalu mengapa dia sampai terbunuh?
Dia teman saya dari kecil, dia tinggal di Menteng dekat dengan Manggarai yang berdekatan juga dengan rumah saya. Saya selalu ingat tawa khasnya dan keluguannya. Waktu saya belum kuliah, kami suka membantu Panti Asuhan di dekat rumah, di Menteng. Dan dulu kami memang sama-sama suka datang ke Panti tersebut, karena di panti tersebut kami belajar tentang kehidupan dan mencoba mengenal Tuhan. Tentunya tidak hanya saya dan si korban yang suka berkumpul di panti yang akhirnya merasa seperti sudara. Yup… kami menganggap sudara di dalam panti tersebut.
Namun, takdir memang tidak bisa semuanya kita lawan. Si Korban tidak seberuntung saya yang bisa kuliah, dan dengan kuliah saya mengenal kehidupan yang begitu luas. Sedangkan si korban, dia tetap seperti itu… tidak berubah sejak saya sering bersamanya atau saat kami masih SMA. Beberapa tahun terakhir ini korban bekerja sebagai tukang ojek di dekat rumahnya. Kami masih sering tegur menegur kalau bertemu, bahkan dia pernah mengantarkan saya ke salah satu tempat untuk jadwal interview saya. Terakhir, belum lama ini korban berkata ke teman saya bahwa dia ingin di bulan Ramadhan membantu panti asuhan tempat kami biasa berkumpul.
Di tempat kami memang banyak sekali anak The Jack atau fans Persija, Korban kemarin sore ikut nonton Persija namun tidak bersama rombongan melainkan menggunakan motor. Dia semakin sulit dikenali karena dia tidak memakai atribut dan kostum Persija. Parahnya, korban memang salah satu teman saya yang tidak pernah nonton Persija, sama seperti saya yang belum pernah nonton Persija. Sehingga, dia bisa dikatakan tidak berpengalaman dalam soal nonton-menonton atau menjadi supporter sepakbola.
Kata teman saya, Korban menjadi salah incar dari anak-anak The Jack. Saat ia ada dikerumunan pendukung persija yang seperti lautan itu, saat di luar stadion setelah pertandingan, tiba-tiba ada yang meneriakin korban. Korban diteriakin anak Viking atau pendukung Persib, Nah…. Saat itu juga keadaan berubah total. Korban menjadi bulan-bulanan oleh anak-anak yang sama-sama mendukung klub yang sama.
Kenapa dia bisa diteriakin anak Viking? Ini tidak bisa saya prediksi apakah memang benar-benar si korban tidak bersalah lalu ada yang iseng teriakin dia anak Viking, atau dia saat itu sedang emosi sama anak persija yang menghalangi dia dalam kemacetan naik motor sehingga bedebat mulut lalu dia diteriakin anak Viking, atau dia memalak anak the jack trus anak the jacknya neriakin dia anak Viking. Ya…. Itu semua tidak diketahui mana yang benar…. Kecuali yang meneriakin itu, saat ini juga menulis dan bercerita lalu meminta maaf. Entah yang meneriakinnya itu hanya iseng karena korban tidak memakai kostum persija. Sungguh saya tidak bisa meyakini mana yang benar….
Tapi, saya kenal dekat dengan si korban, saya tahu banget karakternya dan sifatnya. Dia memang orang yang menyenangkan di lingkungan kami, dia sering ngelawak dan menghibur kami dengan kalimat-kalimat konyolnya. Bisa dikatakan dia senang ngebanyol… tapi ketika dia bertemu dengan orang yang tidak dikenalnya, lalu orang yang dikenalnya itu terlihat belagu gayanya dan mengganggu dirinya. Dia akan berubah menjadi macan, galak sekali dan siapa saja bisa dilawan sama dia… yup, dari kecil memang kami diajarkan untuk berani pada apapun.
Setidaknya cerita nyata ini menjadi potret untuk bangsa ini khususnya di kota Jakarta yang katanya hebat. Pendidikan dan kesejahteraan yang belum merata, perbedaan pendapatan yang terlalu besar sehingga memunculkan kecemburuan social yang tinggi. sehingga jangan berharap semua warga Indonesia khususnya Jakarta mampu berpikir cerdas dan logis, jangan berharap semua warganya bisa berfikir dan berakhlak baik, karena ada sebagian penduduk ini hidupnya hanya mencari makan untuk hari ini tanpa memikirkan hari esok dan selanjutnya, apalagi masa depan. Lalu emosi anak-anak muda meledak besar seolah-olah pejabat-pejabat dan aparat adalah bajingan… Dan anak muda tidak akan mau mendengarkan dan mematuhi apa yang dikatakan bajingan-bajingan… terutama bajingan yang suka mencuri kekayaan negeri ini, uang masyarakat negeri ini…
Namun saya yakin, setidaknya hati dan kebahagiaan kita tidak bisa dicuri oleh para bajingan….
Untuk sahabatku…. ( Aju )
Semoga Bulan Ramadhan ini, kita bisa membantu Panti Asuhan itu bersama-sama….