Wednesday, May 8, 2019

Umroh bersama dua bayi kecil (part 2)

Foto: Ka'bah dan Makam Nabi Ibrahim AS
“Labbaika Allahumma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaik, innalhamda wanni’mata laka wal mulka laa syariika laka”

Artinya:
“Aku datang memenuhi panggilanmu Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, kemuliaan, dan segenap kekuasaan  adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.”
Foto: Umroh pertama
Malam hari sekitar jam 10an kami berjalan kaki dari hotel di jalan Ajyad menuju Masjidil Haram bersama-sama rombongan, dan tentu saja anak kami bawa meskipun mereka dalam keadaan kurang baik. Lantunan Dzikir menggema di hati, mengagungkan Allah SWT, mengembalikan kita sebagai manusia yang merupakan Ciptaan-Nya. 

Saya merasa sangat kecil seperti setetes air di lautan, bahkan lebih kecil dari air tetesan tersebut. Apapun yang didapat manusia, baik kekayaan, jabatan, kekuasaan, ketampanan, kepintaraan intelektual, kepintaran religius, dan apapun itu semuanya merupakan pemberiaan Allah SWT. Segala kenikmatan di dunia yang didapatkan itu bukan untuk apa-apa, bukan untuk kesenangan semata, bukan untuk bertahan hidup semata, bukan untuk bekerja semata, bukan untuk menjalani hidup semata. Namun, itu semua tidak lain merupakan sebuah perjalanan menuju kematian, dan adalah Islam yang dibawa oleh Nabi Besar Muhammad SAW yang mewariskan sebuah petunjuk kepada umatnya melalui Kitab Suci Al Qur’an dan Hadist-Hadist. Islam memberikan gambaran dan petunjuk paling jelas bahwa kita sebagai manusia akan berlanjut di kehidupan selanjutnya setelah kematian di dunia.

Keyakinan itu membuat saya ingat akan dosa-dosa, Astagfirullah…

Saya ada rasa bersalah dan takut datang mendekati Ka’bah yang merupakan Kiblat Sholat umat muslim, “saya malu datang dalam keadaan kotor…”. Tapi saya berusaha ingat bahwa Allah SWT sangat luas ampunannya, bahkan bila dosa itu setinggi langit.
Pertama kali lihat Ka’bah, Masyaallah….

Tidak ada kalimat-kalimat yang bisa tertulis saat melihat Ka’bah dan melakukan rukun-rukun Umroh. Tawaf dengan mengelilingi Ka’bah, Sa’i dengan berbolak balik dari Bukit Safa dan Marwah, lalu memotong rambut. Setelah melakukan kewajiban rukun-rukun Umroh, ada rasa bahagia dan sedih. 
Foto: Setelah Tawah Wada (perpisahan)
Saya merasa sangat bahagia menjalankan ibadah Umroh ini, dan saya sangat bahagia memeluk agama Islam ini, setidaknya saya tahu tujuan hidup saya, yaitu meninggal dunia dalam keadaan Khusnul Khotimah. Alhamdulillah... rasa bahagia terus terasa karena saya datang bersama isteri dan kedua anak kami yang masih bayi. Dan saya tidak menyangka ternyata kebahagiaan di tempat ini sulit dituliskan dengan kalimat-kalimat. 
Foto: Bareng Om Sidik
Di Mekkah saya bertemu dengan sepupu saya bernama Sidik yang merupakan sepupu laki-laki paling dekat darahnya dari keluarga Ibu saya, kata beliau "Sebenarnya Sidik banyak tawaran kerja di beberapa negara seperti di Qatar, Abu Dhabi, dll, tapi hati maunya kerja disini, di Mekah".

Masyaallah, sudah 8 tahun bekerja di Mekah dan lokasinya pas di depan Masjidil Haram, kecintaannya pada kota ini membuatnya terus memilih disini, mungkin karena keutamaan tempatnya sehingga dengan Doa-doanya dapat membantu seluruh sodara-sodaranya yg di Indonesia. 

"Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). 
Foto: Jabal Rachmah
Adapun rasa sedih datang karena saya harus kembali ke Tanah Air, dimana saya merasa disini masih sulit untuk dapat hidup yang jauh dari bersih, di Tanah Air korupsi masih meraja lela sampai dibagian paling hilir dari pejabat tingkat tinggi sampai pejabat paling rendah, lalu yang tidak memili jabatan ikut-ikutan tanpa ada rasa malu.

Saya belajar pada Ibadah Umroh dan saya belajar pada cara mulianya berwudhu, dimana Wudhu mengajarkan untuk membersihkan tangan, mulut, hidung, mata, wajah, telinga dan kaki, tentunya bukan fisiknya saja yang dibersihkan tetapi masuk ke akhlak dan mata hati. Wudhu mengajarkan untuk senantiasa selalu membersihkan tangan dari pemberian yang tidak halal, mulut agar tidak berkata yang buruk dan kasar, hidung tidak mencium yang haram, mata tidak melihat yang haram, telingan tidak mendengan yang buruk, dan kaki tidak melangkah ke jalan yang sesat. Karena hidup cuma sekali ini di dunia, semoga tidak salah langkah.

Bismillahhirohmanirrohim… 
Bismillahi Allahu Akbar…

No comments:

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...