Monday, November 24, 2014

Keseimbangan...

Terlalu banyak hal tak penting di dalam pikiran ini, sehingga urat-urat syaraf begitu tegang mengencang, sampai akhirnya mata tak bisa terlelap. Berlarut-larut pada malam badan ini berbuat dosa, yang semestinya dia berbaring tuk memulihkan hati, pikiran dan badan. Sebuah kebiasaan buruk yang lambat laun membuat keram pikiran di malam hari, lalu dia tergopoh-gopoh keesokan harinya. Padahal angin pagi sejuk mencintainya, mengajak bercanda pada keringat di kulit, padahal memudakan kembali badan dan pikiran. Kadang manusia melupakan badannya, melupakan nikmat sehatnya.

Di sisi lain, ada juga manusia yang berlebihan dengan badannya, yang mencintai badannya lalu melupakan pikirannya. Mereka berjoget bangkitkan birahi, atau memamerkan tubuh yang begitu seksinya, pada pinggul-pinggul dan ototnya yang mengencang. Pikirannya ditutup lalu memfitnah dan merendahkan badan-badan kurus kerempeng, merasa bangga dengan badannya yang montok, kurang menysukuri betapa anugerahnya itu semua.

Mereka-mereka macam pangeran-pangeran perisai dari emas, berdada tangguh dan bermata tajam. Senyum dan amarahnya adalah cengkraman dunia istana, semua hal dikritisi layaknya dokter yang mencari tahu penyakit pasien. Semua dilakukan atas dasar kemanusiaan dan kepentingan orang banyak, itu katanya. Mulutnya seperti tak pernah habis bahan bakar, gampang sekali bicara, sangat mudah baginya berbicara kebenaran. Mungkin hidupnya, 90 % berbicara dan 10 % bernafas, sulit dibedakan apa dia bernafas karena begitu banyak kalimat terlontarkan. Namun entah mengapa hal itu menjadi omong kosong, terlalu banyak bicara sampai lupa bahwa hati juga harus bicara. Terlalu banyak mencari kebahagiaan pada harta dan tahta, namun lupa bahwa hati juga ingin bahagia. Terlalu banyak berfikir yang tak bermanfaat sehingga lupa bahwa ada seni dan budaya yang mampu bahagiakan hatinya.

Syaidina Umar Bin Khattab berkata “Hisablah dirimu, sebelum kamu dihisab…”

Tuesday, November 18, 2014

Saya letakkan kesederhanaan itu di sini...

Saya letakkan kesederhanaan itu di sini, di sebuah rongga nafas di dalam tubuh, di dalam hati dan pikiran. Saya simpan panas matahari di sini, di tangan dan di kaki yang membawa tubuh pada udara dan tanah. Tak akan segan-segan senyum saya lontarkan pada anak kecil yang bertelanjang dada dengan sandal jepit hijau-putih.

Embun sejuk yang bernyanyi pada daun pandan, mengkristal bening memantul cahaya pada bau tanah yang merindu. Roda-roda sepeda yang kini bertenaga mesin, yang terkadang disalahgunakan pada pemborosan. Lalu rumah dan mobil mewah menjadi dewa-dewa kehidupan, menjadi raja yang tanpa disadari membangkitkan kesombongan, yang tanpa disadari lidah mengecilkan si entong yang pedagang kelontong.

Saya letakkan kesederhanaan itu di sini, agar nilai kemanusian tetap ada dan indah. Saya buang angan-angan mimpi yang hanya sesaat, karena ada banyak nilai yang bisa dilakukan di sini, di negeri ini. Saya bernyanyi bersama angin, berjalan bersama daun-daun dan batang, tersenyum pada awan dan matahari.

Saya letakkan kesederhanaan itu di sini, di hati, pikiran dan badan ini. Semoga saya peka pada derita manusia yang tak mengerti apa-apa, pada manusia yang bernafas bersama asap polusi dan sampah, yang tertidur berlapis koran, kardus dan karung, yang lupa kalau nasi di tong sampah tak bisa lagi dimakan.

Saya letakkan kesederhanaan itu di sini….. di hati ini, di pikiran ini dan di badan ini…

Monday, November 17, 2014

Aku solat karena aku mencintaiMu…

Aku tidak akan bertanya lagi mengapa ada orang yang rajin solat tapi juga rajin maksiat
Karena aku sudah mendapatkan jawabannya
Mereka hanya daging atau badannya saja yang solat, sedangkan jiwa atau hati dan pikirannya tidak tunduk menyertainya
Aku tidak akan bertanya lagi mengapa ada orang berilmu tapi juga masih suka berbohong
Karena aku sudah mendapatkan jawabannya
Mereka hanya pikiran dan daging atau badanya saja yang berilmu, sedangkan hatinya atau jiwanya tetap dalam kegelapan
Aku tidak akan bertanya lagi mengapa ada orang-orang yang setelah menikah, lebih banyak pertengkaran ketimbang kasih sayang, tidak bertanya lagi mengapa mereka bisa bercerai…
Karena aku sudah mendapatkan jawabannya
Mereka hanya daging atau badannya saja yang menikah, sedangkah jiwa atau hati dan pikirannya tidak ikut menyertai dalam pernikahan

Mungkin dahulu solatku hanya sebatas daging dan badan
Hingga aku sulit merasakan hadirMu Tuhan…
Sekarang aku menyadarinya dan tahu jawabannya
Mengapa aku solat…
Mengapa dagingku atau badanku sujud sepanjang waktu yang kau sediakan
Aku sudah tahu jawabannya mengapa aku solat dan mengapa aku bersujud kepadaMu…
Aku solat karena aku mencintaiMu…
Dagingku atau badanku, jiwaku atau hatiku dan pikiranku tunduk bersujud padamu….
Kami bersama-sama sujud padamu karena kami mencintaiMu….
Dan kami tidak ingin lepas dalam ikatan cintaMu
karena itulah 5 waktu cukup menjaga komunikasi kami padaMu…

Aku juga tidak akan bertanya lagi mengapa ada orang baik dan mengaku tunduk pada Tuhan tapi tetap tidak solat
Karena aku sudah mendapatkan jawabannya
Mereka hanya pikirannya saja yang tunduk, jiwa atau hati dan daging atau badannya tidak sujud padaMu..
atau mereka hanya hatinya saja yang tunduk, pikiran dan dagingnya tidak ikut sujud padaMu...
Cintanya padaMu mungkin tidak sepenuh hati dan jiwa...

Sunday, November 16, 2014

Video pendakian gunung gede...

Ini video yang sempat saya rekam saat mendaki Gunung Gede, Bogor. Sebelumnya saya tidak mendaki lebih dari 3 tahun...


Wednesday, November 12, 2014

Untuk puisi dan sahdu musik...

Tidak ada yang mengajariku untuk mencintai puisi
Namun puisi dapat membuatku tenang
Aku tidak pernah diajarkan mencintai musik
Namun sisiku lebih hidup dengannya
Belum pernah aku diajarkan membuat puisi dan musik
Begitu adanya saja saya membuatnya…

Aku ingin sekali berdiri di tengah penonton
Lalu aku berpuisi dengan sahdu..
Menceritakan makna-makna kehidupan
Tentang apa yang ku cintai dan sayangi
Tentang aku yang tak lain adalah manusia
Tentang kamu yang juga manusia
Tentang kelicikan dan keiklhasan yang hidup berdampingan
Tentang perjalanan hidup
Tentang keinginan yang kadang berubah menjadi kebencian..
Tentang anak muda yang lupa pada negerinya

Hai puisi dan sahdu musik…
Aku tak ingin apa-apa…
Aku tak ingin apa-apa..
Memang aku tak ingin apa-apa...

Tuesday, November 11, 2014

Daging...

Aku sudah bosan melihat sunyi gunung-gunung….
Hasratku biasa saja melihat indah pantai dan gelombang…
Aku tak terkejut tidur di hotel mewah dengan hidangan makanannya
Bibirku sudah terlalu sering memakan makanan yang lezat

Segala kemewahan negeri ini bagai fatamorgana
Banyak yang tak melihat roda-roda ekonomi yang membunuh rakyat biasa
Dan kita biasa saja akan pertumbuhan ekonomi dari para kapitalis
Kita membanggakan dunia barat lalu menginjak-injak budaya sendiri

Bukankah terlalu sempit bila tujuan hidup hanya sampai di ujung dunia
Bukankan semiskin miskinnya manusia adalah yang jiwanya miskin

Kita terlalu mementingkan daging ketimbang jiwa atau roh…
Kita sholat dan berzikir, lalu kita mabuk dan berjudi
Kita umroh dan berhaji, lalu kita jumawa dan korupsi
Dimana roh kita yang sholat dan berzikir?
Dimana jiwa kita yang umroh dan berhaji?

Entah apa ini yang dinamakan kehilangan makna kehidupan….

Aku tak punya apa-apa…

Sejak aku lahir di bumi sampai saat ini, dan sampai selama-lamanya
Aku tak punya apa-apa…
Memang aku tak punya apa-apa…
Apa yang melekat pada diri ini, dari ujung jari kaki sampai ujung rambut,
Semua yang berwarna dari yang kecil sampai besar
Bukanlah milikku…
Aku tak punya apa-apa…

Udara yang ku hirup, tanah yang ku injak
Hanya bagian dimensi yang harus ku lalui
Harta dan makanan yang lezat
Tak satupun dapat ku miliki
Karena aku tak punya apa-apa
Aku manusia
Karena aku manusia
Aku tak punya apa-apa

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...