Tuesday, November 18, 2014

Saya letakkan kesederhanaan itu di sini...

Saya letakkan kesederhanaan itu di sini, di sebuah rongga nafas di dalam tubuh, di dalam hati dan pikiran. Saya simpan panas matahari di sini, di tangan dan di kaki yang membawa tubuh pada udara dan tanah. Tak akan segan-segan senyum saya lontarkan pada anak kecil yang bertelanjang dada dengan sandal jepit hijau-putih.

Embun sejuk yang bernyanyi pada daun pandan, mengkristal bening memantul cahaya pada bau tanah yang merindu. Roda-roda sepeda yang kini bertenaga mesin, yang terkadang disalahgunakan pada pemborosan. Lalu rumah dan mobil mewah menjadi dewa-dewa kehidupan, menjadi raja yang tanpa disadari membangkitkan kesombongan, yang tanpa disadari lidah mengecilkan si entong yang pedagang kelontong.

Saya letakkan kesederhanaan itu di sini, agar nilai kemanusian tetap ada dan indah. Saya buang angan-angan mimpi yang hanya sesaat, karena ada banyak nilai yang bisa dilakukan di sini, di negeri ini. Saya bernyanyi bersama angin, berjalan bersama daun-daun dan batang, tersenyum pada awan dan matahari.

Saya letakkan kesederhanaan itu di sini, di hati, pikiran dan badan ini. Semoga saya peka pada derita manusia yang tak mengerti apa-apa, pada manusia yang bernafas bersama asap polusi dan sampah, yang tertidur berlapis koran, kardus dan karung, yang lupa kalau nasi di tong sampah tak bisa lagi dimakan.

Saya letakkan kesederhanaan itu di sini….. di hati ini, di pikiran ini dan di badan ini…

No comments:

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...