Monday, February 28, 2011

Titik Nol

Hampir semua orang pernah merasakan titik nol, titik dimana syaraf-syaraf otak dan perasaan tak bisa lagi bicara. Karena antara harapan dan keinginan begitu jauh berbeda, seolah-olah kita sebagai manusia sangat tidak berarti. Sebenarnya titik nol ini pernah saya rasakan ketika saya belum kuliah, tapi anehnya titik nol ini datang kembali. Lucunya datang setelah saya lulus kuliah, karena saya pikir setelah lulus kuliah saya akan selalu semangat dalam mengisi hari-hari, eh ternyata ternyata…. Rasa itu datang lagi.
Saya sendiri juga tidak tahu bagaimana keluar dari titik nol ini, sementara saya cuma belajar dari masa lalu, masa dimana titik nol itu datang pertama kali. Dan ternyata, titik nol ini membuat saya kelepek-kelepek, serba salah dalam melakukan hal apapun. Titik nol ini datang seolah-olah menegur jiwa saya yang mungkin memang kurang bersyukur, atau mungkin karena banyak waktu yang saya sia-siakan, atau terlalu banyak dosa. Saya rasa semua itu memang ada pada diri saya ini hingga titik nol itu datang lagi.
Titik dimana kepala saya seperti ada batu menyumbat. Ternyata saya sadar, betapa keinginan saya yang terkontrol membuat jiwa manusiawi saya begitu berbahaya. Bayangkan saja, dulu saya ingin seperti itu, lalu saya dapatkan, dan tiba-tiba kini ingin lebih dari itu. Betapa kurang bersyukurnya diri ini…. Saya harap titik nol ini datang benar-benar ingin kembali mengajarkan dan memberitahukan saya bahwa saya adalah manusia biasa.

Monday, February 21, 2011

Bila bermimpi...

Bila… di sekelilingku berubah menjadi sangkar yang menyeramkan
Bila… udara di sini terus memberi tekanan hingga sesak nafas
Bila… perubahan-perubahan membuat aku semakin gila
Aku mohon maaf… aku tak bisa yang ada dalam pikiranmu
Karena ini hidup aku yang merasakan

Bila… sekeranjang kebohongan terus ditutupi bagai emas berlian
Bila… ketidakpedulian sesama terus dipertahankan
Bila… sama sekali ketidakadaan terus dikatakan ada
Aku harus percaya pada siapa… aku tak mungkin berlarut-larut
Karena ini hidup dititipkan padaku

Selama… sinar matahari menyentuh kulitku yang mulai keriput
Selama… ada subuah harapan yang bernyanyi dalam hati
Selama… nyawaku terbang di laut yang sepi dan di langit sunyi
Aku tetap bermimpi… karena aku hanya punya mimpi
Mimpi yang indah…. Yang tidak ada kebohongan sedikitpun…
Tidak ada keserakahan dan tidak ada kecurangan…

Aku… bermimpi dari suara halus yang mungkin hanya Allah yang tahu
Aku… bermimpi dari air mata yang terus terusan ku tunggu
Aku… bermimpi dari lelahnya kebohongan…
Dari rasa takut manusia akan kekayaan yang tak bisa diraih…
Aku… percaya pada-Mu Allah Wahai Zat Yang Paling Indah Yang Menciptakan Seluruh Alam…

Thursday, February 10, 2011

Gunung Rinjani di tepi Danau Sarakan Anak

Cuma saya yang merasakan, bila saya sesak dalam awan-awan tipis dingin
Seperti siang itu…
Hanya saya yang kesakitan, ketika kaki terus melangkah
Dan terus melangkah….

foto : Pelawangan Senaru 11.00 4 Februari 2011

Saya melihat yang tentunya orang lain tak melihatnya
Begitu juga yang terdengar…
Saya senang dengan tiupan-tiupan enyah kesendirian
Senang dalam diam bodoh yang tak bersuara…
Seperti kata bunga eidelwes hijau…
Atau pasir berbutir kesat terhempas angin…
Mungkin juga cemara tinggi yang berkelompok menyerupai hutan…
Saya ukirkan di atas Gunung Rinjani
Di tenangnya Danau Sarakan Anak…
Bersama laut, awan putih dan langit biru di siang itu…

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...