Saturday, March 8, 2014

Andai matamu melihat aku...

Haruskan aku menulis 1001 kata untuk hadapi getaran kerisauan, arti malam yang menggigilkan badan, dari sisi sudut aku menjamah. Dimana pantai pasir menenangkan hati, riuh ombak ajarkan canda tawa. Langit biru dan awan tanda hidup begitu damai.

Tapi aku disini, bersama kereta dari stasiun cikini ke stasiun bogor, selalu begini dan kadang aku terlelap bersamanya. Aku berangkat saat matahari sedang intip kegelapan, dan aku pulang ketika dia ingin pergi, aku kehilangan siang.

Aku bersabar, sampai waktunya nanti aku bisa menatap matamu, siangmu, pasirmu, ombakmu, dan semua genggammanmu…

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...