Tuesday, July 6, 2010

Mengkritisi Geografi Abis-abisan…

Saya masih ingat pertamakali saya masuk Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Indonesia, Depok. Sekitar 5 tahun yang lalu, awal semester saya digembleng oleh ilmu-ilmu dasar Geografi dan MIPA. Nilai-nilai saya memang tidak bagus saat kuliah, tapi bukan berarti saya tidak paham tentang geografi.

Kebanyakan mahasiswa di Geografi UI ini rata-rata adalah anak buangan, yaitu anak yang saat ujian masuk Universitas di pilihan kedua atau lebih. Maka tidak heranlah saya dan beberapa teman saya banyak yang bingung tentang masa depan kami setelah lulus nanti. Lebih bingung lagi mengapa geografi yang saya kami kenal di SMA ada di IPS, lalu sekarang ada di IPA.

Dar der dorrr… dengan cepat senior-senior dan alumni dari kami menggembor-gemborkan geografi. Mengangkat nama geografi begitu Indah di saat perkenalan awal kami dengan rumah baru kami yaitu Departemen Geografi. Berbagai organisasi dan komunitas seakan menarik-narik saya untuk masuk, dengan memamerkan aliran-alirannya. Di Geografi UI sendiri sangat terasa tarikan anak-anak GMC (Geographical Mountainering Club), dan tarikan anak-anak Mushola.

Sebenarnya tarikan-tarikan perkumpulan memang tidak penting dibicarakan dalam konteks ini namun itu juga akan mempengaruhi pikiran saya saat ini.

……… back to campus ………

Dalam awal-awal kuliah saya mulai mendengar Geografi dari dosen satu kedosen satu yang lain, setiap dosen memberikan arti tersendiri terhadap hal geografi. Di pertemuan awal itulah saya masuk dalam lingkungan. Seolah-olah saya melihat iklim, curah hujan, tanah, geomorphology, hidrology dan hal-hal yang berhubungan dengan fisik. Pertengahan kuliah atau di tingkat 2 dan 3 mulai mempraktekan GIS. Kehidupan saya sibuk dengan lingkungan, dan saya merasa hebat dengan pengetahuan yang saya miliki.

Tingkat 3 sampai 4 saya mulai merasakan romantisnya geografi dengan mempelajari hal-hal social seperti Geografi Perkotaan, Transportasi dan Pemasaran. Di sini saya mulai sadar bahwa Geografi sangat dibutuhkan sebagai analisis spasial untuk memecahkan masalah-masalah dalam suatu wilayah. Di tingkat 4 lah saya baru bisa memahami apa itu geografi, yang menyebabkan Skripsi saya mendapat nilai A.

… Pemikiran yang saya kagumi …

Setelah 4 tahun belajar disana, saya mengaggumi pemikiran dari beberapa dosen saya di sana. Diantaranya Pak Cholif, Mas Hafid, Mas Arko dan Bu Wid. Menurut saya 4 dosen ini adalah orang yang sangat penting dalam perkembangan geografi ke depan, 4 dosen ini mengajak saya melihat jauh kedepan, melihat masalah yang akan datang dan cara-cara menyelesaikannya.

Pak Cholif sebagai dosen Geografi Manusia yang mengajarkan pengantar geografi ini salah satu dosen tua yang berfikir muda. Sejak awal beliau langsung mengajak mahasiswa untuk belajar dan terus belajar. Beliau mengajak untuk memiliki softsklill yang tinggi, mengajarkan kejujuran dan menghargai segala yang ada di dunia. Beliau langsung menyatakan kepada mahasiswa geografi untuk tidak menjadi operator, tidak hanya bekerja sebagai GIS (geografi informasi system). Beliau mengajak mahasiswa untuk mampu berpikir spatial (keruangan), kata beliau hanya dengan berpikir secara spatiallah dimana lahan pekerjaan geografi tidak dicuri oleh jurusan-jurusan lain. Dan ini terbukti setelah saya masuk dunia kerja, dimana jurusan lain juga bisa menjadi GIS bahkan lebih hebat dari GIS yang ada di Geografi UI.

Mas Hafid, sosok dosen yang sangat kritis ini gayanya selalu tenang, dan pembawaan ngajarnya sangat berkobar-kobar. Terkadang melihat beliau mengajar, bulu kuduk saya merinding. Pure dosen, saya anggap beliau adalah kharisma yang dimiliki geografi. Bagaimana tidak, teori-teori ekonomi dan masalah-masalah modern di dunia selalu disajikan saat kami kuliah. Saya terasa kuliah dalam sejajar level internasional ketika beliau yang ngajar. Beliau sangat asik diajak diskusi, cara ia menjelaskan sesuatu seperti Raja Agung yang menjelaskan kepada anak kecil. Dia tidak akan menjawab langsung pertanyaan saya, dia akan menguraikan satu persatu mulai dari hal yang terkecil sampai akhirnya saya bisa menjawab pertanyaan saya sendiri tanpa beliau kasi tau. Logika perbandingan selalu beliau bawa dalam menyajikan permasalahan.

Mas Arko, anak solo ini bukan orang biasa. Jiwanya sangat muda dan pemberontak. Saya rasa beliau termasuk orang yang tidak suka diatur atur. Tapi jangan salah, mungkin dia dosen paling sukses dalam hal materi dibanding dosen lainnya. Selain mengajar geografi ekonomi dan pemasaran, beliau juga bekerja sebagai konsultan asing bersama orang-orang asing kini beliau mempunyai kantor di eropa. Bekerja dengan bayaran sangat mahal diluar namun tetap menjadi dosen dan berbagi kepada mahasiswa. Orang asing banyak yang belajar kepadanya. Setiap ngajar di geografi UI, ia selalu menceritakan pengalamannya bekerja, mulai dari pns, konsultan dan lain-lain, yang akhirnya memilih menjadi dosen. Sekarang beliau juga menjadi penasehat kebijakan Rektorat UI.

Bu Wid, atau bu cuplis ini orangnya sangat kritis. Pembawaan beliau selalu santai namun tidak suka bila ada yang melanggar perjanjiannya. Dosen geografi transportasi dan perkotaan ini memegang teguh prinsip kejujuran dan kedisiplinan. Beliau mengajak mahasiswa untuk kreatif dan kritis. Beliau sering menyajikan kekeliruan pemerintah dalam pembangunan wilayah, yang menyebabkan buruknya suatu wilayah. Beliau sering mengajak kami untuk melihat keadaan diluar, keadaan social dan fisik. Mengajak kami lebih mendalah suatu wilayah. Smart, gambaran dosen yang satu ini.

Selain 4 dosen ini sebenarnya banyak dosen-dosen hebat lainnya, hanya saja saya kurang mengaguminya karena dosen lain banyak yang sibuk dengan proyek lainnya sehingga kurang care dengan kualitas SDM mahasiswanya, atau ada dosen hebat tapi kurang bisa dalam mengajar.

Dari sini jelaslah bahwa saya memang tidak begitu menyukai GIS (geografi informasi system), saya selalu sependapat dengan dosen yang saya kagumi bahwa GIS adalah alat. Saya juga tidak menyukai pekerjaan yang tidak jelas alias banyak diamnya, tidak suka pula menjadi PNS. Tapi ternyata…

…setelah lulus kuliah…

Setelah ikut survey akhirnya kini saya bekerja di konsultan IT & GIS, pekerjaan saya jauh dari teori di kuliah. Dengan sangat terpaksa saya mempelajari software yang berhubungan dengan pekerjaan saya. Tak lama kemudian saya ditempatkan di Deputi 1 BPN (Badan Pertanahan Nasional) RI. Di sini saya memeggang aplikasi geodatabase, bekerja diruang server sendiri. ArcGIS Desktop, Server, SDE, dan oracle adalah makanan sehari-hari. Terkadang saya presentasi, atau menemani bos saya presentasi di depan para pejabat. Saya sendiri sering dimintai bantuan dari pegawai disini bahkan pernah ada yang datang dari kanwil Jatim. Lambat laun saya mulai memahami apa yang terjadi di Pertanahan Indonesia.

Beberapa kali saya merasa ingin berhenti dari kerjaan ini, kadang saya kesal dengan bos saya yang lamban membantu saya saat ada masalah, kadang kesal dengan pegawai di sini karena mereka meminta apa yang saya tidak bisa. Saat itu pikiran saya sering pusing dan terbebani, saya merasa bertanggung jawab dengan Negara dan uang rakyat. Tapi ini sudah selesai, sekarang saya merasa lebih kuat bila ada masalah dalam pekerjaan.

Saya pun mulai mengerti tentang karir anak geografi, saat ini memang mereka kebanyakan lari ke GIS karena tuntutan lowongan. Teman-teman saya pun bekerja sebagai GIS, selainnya sebagai surveyor dan guru. Kesal… satu kata untuk geografi, ada bebrapa lowongan sebgai CPNS diantaranya PU, BPN, DKP, Kehutanan, Bakosurtanal, Depbudpar, BPS dan lain-lain. Tapi dimanakah analisis spatial ini ?

Bukan saya meremehkan PNS, berhubung saya bekerja di tempat PNS maka saya bisa mengetahui sedikit apa yang akan saya kerjakan nanti setelah jadi PNS. Jujur saya melihat PNS dapat mematikan cara berfikir manusia, membuat manusia stak disitu-situ saja kecuali bila orang itu kreatif. Di perusahaan swasta sendiri geografi juga dikenal sebagai GIS yang akan mematikan juga cara berfikir manusia.

Menurut saya PNS dan GIS dapat menurunkan kualitas berfikir seorang geografi yang sudah banyak belajar tentang aspek-aspek keruangan. Geografi menjadi tidak indah dengan dua unsur tersebut, walau saya tahu semua ini adalah tuntutan hidup yang memerlukan nafkah. Dan dua hal ini justru melekat pada diri saya saat ini yang menyebabkan saya kini berada di fase yang rendah.

Mari kita flashback sejenak seperti apa geografi yang sebenarnya, ini bukan masalah uang, tapi masalah apa yang dirasa… Ingat, hidup cuma sekali…dan ingat untuk apa dosen-dosen hebat itu mengajarkan kita…

19 comments:

Anonymous said...

Bisa dibikin satu paragraf ga maksudnya apa?
ngalor ngidul euy..

thanks

Daydeh said...

gak bisa....
intinya GIS itu gak seru...
PNS menyesatkan...

Unknown said...

Welcome to wild world, brother.
...PNS dapat mematikan cara berfikir manusia...pantesan pada doyan korupsi soalnya pikirannya dah pada mati sih...

Unknown said...

Welcome to wild world, brother.
...PNS dapat mematikan cara berfikir manusia...pantesan pada doyan korupsi soalnya pikirannya dah pada mati sih...

Anonymous said...

saya maba geografi ui. belum apa-apa di geografi, tbtb baca postingan kayak gini. rasanya tuh......bingung bgt. seperti itukah saya setelah lulus nanti? hanya jadi pns atau sig yg katanya mematikan cara berfikir manusia? cuma stak sampai disitukah lulusan geografi? apakah lulusan geografi bisa mndpt pekerjaan yg sesuai dgn kemampuan spatial? kalau iya, pekerjaan apa?? maaf kalau banyak tanya. saya bingung -_-

Daydeh said...

waktu menulis dan posting ini, saya masih sangat muda,, sebenarnya ini belum habis2an.... dunia ini dinamis, termasuk pekerjaan... jadi jangan khawatir, GIS atau PNS atau apapun asal kita benar dalam bekerja... tidak ada yang salah, dan matinya pikiran bukan karena GIS dan PNS, tp karena kita sendiri.... semangat... klo diliat judulnya gak banget ya... hahaa

Unknown said...

tolong ya kak dedi agak sopan sedikit.hahaha

Gema Widyaiswara said...

Sahabat yang baik,

Mungkin kita tidak perlu merisaukan Geografi, GIS ataupun PNS. Namun barangkali ada baiknya kita sebagai mahasiswa menjadikan disiplin ilmiah ini sebagai tantangan yang menggiurkan.

Banyak literatur (berbahasa asing)yang bagus yang membahas tentang Disiplin Geografi dan mengasyikan untuk dibaca. Memang saat ini kedudukan atau posisi disiplin ilmiah Geografi di Indonesia dan di Amerika belum bisa dibandingkan namun jangan lah ragu dan pahami sejauh kemampan kita , Insya Allah geografi akan jadikebanggaan kita.

Kalo tidak suka GIS bukan masalah, sebab GIS cuma salah satu alat untuk menunjukkan eksistensi Geografi. Namun jangan pula kita terjebak menyalahkan pihak yang mendalami GIS, kita kan punya selera masing-masing.

Tentu akan jauh lebih baik kita mencari hal lain yang amat dibutuhkan masyarakat yang berkaitan dengan Geografi. Siapa tahu kita dapat memperkaya khasanah Geografi dengan alat yang lain selain GIS. Wah betapa hebatnya kita dan tentu betapa hebatnya Geografi

Saran nya adalah: Mulailah dari sesuatu yang kita suka dan warnailah Geografi. Anda bisa mulai dari apa aja yang anda suka: Bisa dimulai dengan Disiplin ilmu lain seperti Ekonomi atau Biologi atau yang mungkin dari dari sekedar hobby seperti sesuatu yang berkaitan dengan alam terbuka.

Sedangkan syaratnya: Tetap lah bermain dengan ruang dan waktu. Maka Geografi adalah ilmu yang mengasyikkan dan anda tidak akan menyesali pilihan anda.

Sekedar info, ternyata kegalauan juga melanda sebagian saudara2 kita dari jurusan Planologi. Hanya rasa kebersamaan alumniah mereka dapat merasa terlindungi.


Salam Kebumian

Geografi Fisik said...

Bagi siswa SMA yang ingin mengambil Geografi UI tetap lah istiqomah pada pilihannya. Lulusan Geografi lebih banyak yang berhasil ketimbang yang mengeluh pada keadaan sesaat. Jadi tetaplah pada pendirian masing masing jangan terlalu memasukan hati pada tulisannya penulis ini. Saya disini pun mahasiswa geografi UI. Dan mengetahui prospek kedepannya.

Thanks... :)

Anonymous said...

Halo, Kak. Saya masih SMA kelas 10, IPS. Awalnya saya berminat Astronomi, tetapi di SMA sekarang saya di nyasar jurusan IPS. Apakah Geografi MIPA hanya untuk minat IPA? atau IPS bisa?

Anonymous said...

Saran saja bagi teman-teman yang studi di bidang geografi tidak perlu takut maupun risau karena bingung nanti prospek kedepannya gimana. Cukup belajar dengan sungguh-sungguh dan berani mencoba hal yang baru pasti hasil yg didapat tidak akan jauh dari proses. Thanks

Anonymous said...

Assalamu'alaikum. Saya hanya ingin bertanya, apakah lulusan S1 Pendidikan Geografi bisa melanjutkan S2 Geografi (murni/non pendidikan)? Khususnya untuk UI, terimakasih sebelumnya barangkali ada yang bisa bantu jawab :) [saya sudah searching di google mengenai pertanyaan tsb tapi ga ada sumber yang memberi jawaban yang sesuai makanya tanya disini]

Anonymous said...

Selamat malam.. saya lulusan s1 pend. Geografi 2014. Dan sekarang saya sudah sah jadi mahasiswa s2 Geografi di UI. Jadi jawabannya..Bisa.
Semoga bermanfaat. ��

Pintar Geografiku said...

Halo saya lulusan s1 pend geo dan sangat berminat melanjutkan s2 geografi di ui. tp saya skg bekerja sebagai guru . apa kah bisa /ada mhasiswa ui yg sambil bekerja ? Dan apakah jdwal kuliah s2 geo di ui itu setiap hari ?

Anonymous said...

Kalau di UI setau saya geografi masuk saintek, artinya mau pas sma ipa atau ips asal pas sbm/simak ngambil saintek/ipc sih bisa aja

Bayu Pambudi said...

s2 menyediakan kelas khusus yng bisa dilaksanakan tiap sore/malam,tinggal disesuaikan sama jam mengajar serta waktu kosong aja

Anonymous said...

susah ga sih kak masuk geografi ui? jalir snm gitu misalnyaa

Anonymous said...

Baru mau lulus dari jurusan ini, dan nyaris tersesat ke ranah di luar geografi. Flashback sama ilmu geografi bikin jatuh cinta lagi sekaligus malu karena belum memahami dengan baik perspektif keruangan itu.
this article really helps me, thank you bang

syarahbe.blospot.com said...

Doakan aku agar bisa lanjut S2 geo UI dikelas khusus, seorang guru sudah berumah tangga, yang ingin terus belajar, salam geografišŸ˜

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...