Wednesday, November 12, 2008

terlalu banyak partai

Terlalu banyak partai, terlalu banyak perdebatan dan terlalu banyak yang menginginkan kekuasaan. Apa jadinya negeri ini jika semua merasa benar, merasa yang dipikirkannya adalah langkah yang terbaik. Ada yang aneh di Negara demokrasi ini, satu per satu mulai berani mengucapkan keburukan-keburukan. Di sini saya mencoba melihat masyarakat sebagai pemilih.

Dari 230 juta lebih penduduk Indonesia, berapakah yang mengerti tentang kepemimpinan? Berapa yang berpendidikan tinggi? berapa yang mempunyai prinsip-prinsip hidup tentang kejujuran? Berapa yang menjalankan perintah agama? Berapa yang mengerti sejarah? Rasanya memang aneh… masyarakat kita yang tidak mengerti tentang itu semua harus menjadi pemilih, menjadi incaran para partai pastinya.

Diantara mahasiswa saja banyak perbedaan ideology, kepentingan dan kebutuhan. Sedangkan masyarakat hanya tahu kalau harga barang naik maka ia akan hidup semakin sulit. Kasihan masyarakat Indonesia. Apa benar yang dibutuhkan di negeri ini adalah demokrasi? Yang banyak menghabiskan biaya untuk perdebatan yang tak penting. Banyak sekali uang yang dikeluarkan untuk keberlangsungan partai.

Padahal, inti dari sebuah Negara adalah kemakmuran. Rakyatnya harus mempunyai penghasilan, dan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan. Sehingga dapat memperbaiki kehidupannya termasuk memperbaiki akhlaknya sendiri dan keluarganya. Apakah rakyat menjadi perhatian kita semua?

Negeri yang indah dan kaya akan sumberdaya alam ini pastinya milik masyarakat. Sayang sumberdaya manusianya masih lemah, menurut saya… karena sdm manusia kita masih lemah, tak perlulah bicara demokrasi yang kebanyakan bicara ini, “tong kosong nyaring bunyinya”.

Masih dibutuhkan pemimpin otoriter, namun yang berhati mulia dan mengerti tentang ilmu pengetahuan yang integrity. Karena negeri ini belum dewasa, masih memalukan di mata dunia. Walaupun juara bulu tangkis, tinju dan olympiade ilmu eksak. Itu hanya sebagian kecil dari 230 juta lebih penduduk Indonesia. Ingat… 230 juta lebih penduduk.

1 comment:

wandy said...

persetan dengan politik..

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...