Wednesday, November 12, 2008

ANDRE’ AUMARS / A. UMAR SAID, wartawan buangan jaman orde baru, beliau pernah bersinggah di lebih dari 40 negara

· Bersikap rendah hati adalah perlu untuk menghadapi orang lain. Rendah hati tidak berarti harus timide (pemalu atau penakut). Pada umumnya, orang suka kepada orang yang rendah hati. Rendah hati tidaklah merendahkan diri, bahkan sebaliknya.

· Sopan terhadap orang lain tidak mengurangi harga diri. Tidak sopan terhadap orang lain pada hakekatnya tidaklah sopan terhadap diri sendiri.

· Kecongkakan atau kesombongan tidak membikin orang lain lebih hormat kepada diri kita sendiri, bahkan sebaliknya. Demikian juga kesukaan untuk membual tanpa dasar. “tong kosong nyaring bunyinya,” kata satu pepatah.

· Kita senang kalau orang lain bersikap simpatik terhadap kita. Orang lain juga akan senang kalau kita bersikap simpatik terhadapnya. Kita tidak kehilangan apa-apa dengan bersikap simpatik terhadap orang lain.

· Merasa senang karena sudah membuat orang lain senang. Artinya, menarik kepuasan dari membuat kesenangan kepada orang lain.

· Merugikan orang lain, bisa berakibat-langsung atau tidak langsung, dan dalam beraneka rupa bentuk – merugikan diri sendiri, dalam jangka dekat atau jangka jauh. Kalau tidak bisa menolong orang lain, janganlah merugikan orang lain.

· Menolong orang lain, tidak selalu berarti kehilangan (waktu, uang, tenaga, atau jasa-jasa lain). Bahkan walaupun tidak selalu pertolongan kepada orang lain ini bisa menjadi pertolongan kepada diri sendiri (dalam berbagai bentuk, langsung atau tidak langsung, dalam jangka dekat atau jangka jauh).

· Kita senang atau menghormati orang yang suka menolong kita sendiri. Biasanya, orang lain akan senang atau menghormati kita, kalau kita suka menolong orang.

· Semua orang ingin dihormati, dan tidak ada yang mau dihina.

Kebenaran atau kebaikan yang pada suatu waktu, atau periode tertentu, dianggap “benar” atau “baik”, bisa saja bahwa kemudian ternyata menjadi “tidak benar” atau “tidak baik”. Disamping itu kebenaran atau kebaikan, atau kejelekan, sering sekali relatif. Relatif kepada apa, kepada siapa, kapan, dimana, dan seterusnya. Karena itu perlu selalu menyesuaikan atau mengontrol pikiran dengan perkembangan atau perobahan.

Dalam pergaulan atau dalam hubungan dengan orang lain, perlu berusaha melihat sesuatu dalam gerak. Semuanya berobah, dan rumit. Apa yang kelihatan, belum tentu merupakan yang “sebenarnya”. Disamping itu, yang sebenarnya itu pun pada suatu waktu bisa berobah. Menurut pengalaman beliau, pergaulan dalam masyarakat memang tidak mudah. Watak orang bermacam-macam, dan kepentingan orang juga berbeda-beda dan berobah-obah.

No comments:

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...