Entah menjadi apa saya nanti, saya tidak peduli.
Sambil mendengar lagu-lagu dari Iwan Falls dan Matchbox 20, senyap saya terhambur mimpi sambil melihat hening malam yang terdiam. “waktu terus bergulir, semuanya mesti terjadi”, sentak menyisipkan syaraf saya dalam nuansa yang terkubur.
Lagu Galang Rambo Anarke berdenting ditelinga saya, berputar seperti roda kehidupan, lalu memotret kesederhanaan hidup yang hilang dalam keseharian. Apalagi yang membuat manusia puas? “maafkan kedua orang tua mu kalau tak sanggup beli susu”, lirik ini mengguncah otak yang terlalu sombong, terlalu angkuh.
Ini semua semakin menyakitkan ketika lagu “belum ada judul” berputar dalam winamp. Mengklise jejak nasib yang telah saya lalui, seolah membawa saya dalam masa kecil, lalu masa ABG yang begitu klasik, begitu indah. “cukup lama aku jalan sendiri tanpa teman yang sanggup mengerti”, air mata ini hampir saja jatuh bila saya tidak menahannya. Hidup ini, semakin membuat saya tak peduli.
Dimana kesederhanaan? Dimana kejujuran?
Orang-orang pintar, membuat saya emosi… para pejabat, mengiris nadi.
Entah menjadi apa saya nanti, saya tidak peduli…
“Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta walau ku tahu tak terdengar…” Iwan Falls terus mengiris nadi ku.
Sambil mendengar lagu-lagu dari Iwan Falls dan Matchbox 20, senyap saya terhambur mimpi sambil melihat hening malam yang terdiam. “waktu terus bergulir, semuanya mesti terjadi”, sentak menyisipkan syaraf saya dalam nuansa yang terkubur.
Lagu Galang Rambo Anarke berdenting ditelinga saya, berputar seperti roda kehidupan, lalu memotret kesederhanaan hidup yang hilang dalam keseharian. Apalagi yang membuat manusia puas? “maafkan kedua orang tua mu kalau tak sanggup beli susu”, lirik ini mengguncah otak yang terlalu sombong, terlalu angkuh.
Ini semua semakin menyakitkan ketika lagu “belum ada judul” berputar dalam winamp. Mengklise jejak nasib yang telah saya lalui, seolah membawa saya dalam masa kecil, lalu masa ABG yang begitu klasik, begitu indah. “cukup lama aku jalan sendiri tanpa teman yang sanggup mengerti”, air mata ini hampir saja jatuh bila saya tidak menahannya. Hidup ini, semakin membuat saya tak peduli.
Dimana kesederhanaan? Dimana kejujuran?
Orang-orang pintar, membuat saya emosi… para pejabat, mengiris nadi.
Entah menjadi apa saya nanti, saya tidak peduli…
“Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta walau ku tahu tak terdengar…” Iwan Falls terus mengiris nadi ku.
No comments:
Post a Comment