Malam rintik hujan turun sebentar, seperti menonton layar tancap ketika saya ikuti acara Kenduri Cinta di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Seorang tua tunanetra bernama Gilang menyanyikan lagu mimpi dari Ebiet G, saya sejenak kagum melihatnya. Semakin larut malam itu, semakin sunyi dan semakin banyak orang berkumpul untuk melihat dan mendengar Cak Nun, seniman cinta, seniman sepiritual dan seniman hidup sederhana.
Rokok tak bisa saya lepaskan dari mulut kecil ini, karena semakin dingin dan ngantuk di mata. Terbelahak saya ketika Cak Nun bercerita tentang kehidupan seperti sufi-sufi, dengan berbagai logat memberi guyonan agar penonton tidak lelah akan hidup, tidak putus asa, dan selalu gembira karena mampu menikmati hidup.
Sunday, January 16, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Melihat mereka (anak) pertama sekolah
Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...
-
Sebuah bintik putih antara kegelapan Dari suasana yang tak pernah ku rasa Terlihat tanpa ku raih Sekilas berwarna Genit sikap me...
-
Jum’at kemarin saya di ceritakan oleh mamah bahwa ada anak smp (bekas muritnya saat di SD) meninggal karena jatuh dari bus di daerah matra...
-
Dieng cukup terkenal di negeri kita ini, sebuah dataran tinggi (Plateu) di tengah Pulau Jawa itu memiliki beberapa kawah dan Telaga yang men...
No comments:
Post a Comment