Saturday, November 10, 2007

di balik awan

Di balik awan


Ku tak selalu begini terkadang hidup memilukan

Jalan yang kulalui untuk sekedar bercerita

Pegang tanganku ini dan rasakan yang ku derita

Apa yang kuberikan tak pernah jadi kehidupan

semua yang ku inginkan menjauh dari kehidupan

Tempat ku melihat dibalik awan aku melihat dibalik hujan

Tempat ku terdiam tempat bertahan aku terdiam dibalik hujan

Pegang tanganku ini dan rasakan yang ku derita

Pegang tanganku ini genggam Perihnya kehidupan

Apa yang kuberikan tak pernah jadi kehidupan

semua yang ku inginkan menjauh dari kehidupan

Tempat ku melihat dibalik awan aku melihat dibalik hujan

Tempat ku terdiam tempat bertahan aku terdiam dibalik hujan

Peterpan

Ketika mata ini tak lagi bisa melihat ke depan, dan ketika akal tak bisa lagi berfikir. Kepedihan yang saya rasakan bisa sedikit terobati dengan awan-awan yang menutupi gunung atau dengan hujan yang menenangkan alam ini, kejadian ini persis apa yang saya alami beberapa hari yang lalu saat saya ada di Pangalengan, Bandung bagian selatan.

Hawa yang dingin diselimuti kabut serta rintikan hujan selama saya disana memaksa tubuh ini tunduk akan kuatnya alam ini, terlebih ketika saya pergi ke desa-desa kecil di sana dengan kehidupan yang sangat sederhana, atau ketika saya melihat hamparan hijau yang terdiri dari kebun teh, strawbery dan sayur-sayuran yang melimpah luas.

Di sana seperti surga yang ada dalam bayanganku, betapa syukurnya saya saat ini, terlebih beberapa tahun terakhir ini. Bagaimana tidak? Saat ini saya berada di lingkungan orang-orang yang baik, tidak seperti saat saya sekolah, terutama saat SMP yang kerjanya tauran dengan sekolah lain atau dengan warga, apalagi ketika mengingat pada saat itu saya sering berjudi, berkelahi dan melawan guru, ditambah teman-teman dan lingkungan yang sering mabuk pil, ganja atau suntik. Semua itu sudah saya lihat dengan mata telanjang, untungnya saya hanya sempat merasakan rokok saja (sekarang uda gak loh), jika ada yang menawarkan saya untuk mabuk pada saat itu, saya mencoba menjauh. Saya tidak tahu jika saat itu saya tidak melawan godaan karena ada beberapa teman saya yang over dosis karena itu semua, tapi walau saya tak ikut bermabuk-mabukkan, jika ada tauran saya selalu ikut, aneh memang, saya sendiri kurang mengerti mengapa masa kecil saya digunakan dengan yang negatif.


"hanya dengan bercerita, pikiran ini segar kembali"



No comments:

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...