Wednesday, May 5, 2010

Benar sendiri…

Parangtritis, april 2010

Saya pernah, bahkan mungkin sering namun terkadang saya tak menyadarinya. Sebuah sifat yang terkadang membuat diri ini kesal dengan keadaan di luar. Merasa benar sendiri sampai apa-apa yang diucapkan orang lain tak pernah dipedulikan. Terkadang dengan ini ditambah emosi membuat perasaan cepat tersinggung bila ada orang lain yang tak sesuai dengan pendapat saya. Yah sekarang si saya mencoba mengurangi rasa ini saja.

Entah apa yang harus saya pelajari, sebuah sistem berabad-abad menjadi budaya dalam sebuah wilayah. Lalu membuat emosi naik turun, seperti lonceng diatas kuil. Entah apa yang saya tulis dalam blog ini, sebuah kata-kata tak jelas yang terurain dalam warna putih yang saya pilih sebagai lapisan dunia yang harus saya jalani.

Cerita demi cerita menjadi matador dalam stadium yang tak menentu, lalu berbalik arah karena semua memiliki kebahagian sendiri-sendiri. Ataupun sebuah pedoman yang dipegangnya dan dipeluknya sangat erat.

Awan-awan ku, langit ku, marahari ku, bulan dan bintang-bintang ku, dimana kah aku? Siapakah aku?
Hmmm… rasanya sulit sekali menjadi lebih baik seperti apa yang dikatakan mereka dan para kitab. Entahlah, sulit dimengerti…

No comments:

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...