Langit itu terik sekali, membakar kulit telapak tangan dan sebagian wajah, lalu aku terus berjalan mencari tempat teduh. Aku lihat beberapa orang sudah nyaman dalam keteduhan, tak tersentuh matahari, tak tersentuh hujan, aku lihat mereka beruntung sekali. Namun aku juga melihat banyaknya orang yang justru hitam terbakar sengat matahari sampai tak bisa berjalan, mereka justru hilang arah tak tahu mencari keteduhan dimana.
Perbedaan demi perbedaan antara satu dengan satunya membuat aku tunduk, tapi tidak diam. Aku coba berlari, tidak diam, tidak lama memandang kebelakang, tidak… aku tidak mau. Tidak akan ku kubiarkan air mata mengalir melihat pedih, tidak pula tidak ingin tertawa lama-lama karena nikmat. Belum, aku belum puas dan tidak akan cepat puas, karena aku manuisa. Namun aku tidak akan menjadi cengeng, persetan dengan cengeng. Kembali memandang positif, kembali memandang positif…
Aku tidak peduli siapa pun yang suka dengan hal negative, aku tidak peduli pada siapa pun yang bermanja-manja dengan nikmat, aku tidak peduli dengan apapun yang dilakukannya, yang hanya untuk dirinya. Siapapun manusia bisa menjadi egois dan keras kepala, dan itu bisa saja ada di diri ku, tapi tidak untuk keserakahan, aku tidak ingin itu ada didiriku. Biarlah emosi ini menemani ku dalam berjalan, sehingga aku tidak membutuhkan keteduhan yang menipu.
No comments:
Post a Comment