Monday, March 23, 2015

Suatu saat nanti...

Suatu saat nanti
Bila emosi kecil ini membuncah, mendepak-depak kulit di badan
Aku tak bisa membayangkan
Apa dia benar-benar keluar

Suatu saat
Bila lapisan kulit di badan sudah tidak mampu
Menahan lontaran emosi-emosi kecil ku
Aku belum bisa membayangkan
Apa aku akan tetap bernafas

Suatu saat itu
Bila ternyata aku benar-benar tak mampu
Tak mampu menahan emosi kecil ku
Aku sungguh benar-benar tak tahu
Apa aku masih peduli kepada diriku sendiri

Ada hal yang tak terbatas di dunia ini
Ada hal yang tak perlu dijelaskan dengan kata-kata di sini
Ada pendirian yang tak perlu didirikan
Seberapa besar aku mampu berdiri

Mataku adalah air yang beriak
Telingaku adalah ombak yang berhempas
Aku bukanlah sisa-sia kehidupan
Bukan daun yang melayang-layang

Aku tak perlu menunggu nanti
Juga tak butuh penantian
Kepada emosiku tajam...
Kepada emosiku rajam...
Dengan emosiku padam...

No comments:

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...