Friday, January 8, 2010

Dari 2009 untuk 2010

Apalagi yang bisa diceritakan di 2009? jelas banyak sekali. Tidak ada kata lagi selain “syukur”. Dari tahun baru di Tegal, tengah tahun di Bali – Lombok dan akhir tahun di Puncak Bogor. Dari Pengangguran, Kuliah, Wisuda, Jalan-jalan, Bermain Hati dan Kerja, semua saya jalani. Ada yang berhasil dan ada yang tidak.

Tapi tetap saja nikmat itu begitu besar. Besar sekali…
Pelajaran 2009 begitu besar, apa yang pernah saya duga sebelumnya menjadi kenyataan. Hikmah satu persatu datang menegur jiwa yang begitu keras kepala. Setidaknya otak ini terasa diobrak-abrik oleh kehidupan, kejadian demi kejadian memaksa melihat segalanya dari sudut yang berbeda. Mungkin akan terlihat gila bagi beberapa orang, mungkin juga tidak.

Terakhir ini tepat tanggal 31 Desember 2009 saya bolos kerja untuk menyegarkan diri di Puncak (saya senang dengan dingin), untuk melihat perayaan tahun baru dan untuk mengoreksi diri. Tiba-tiba bos saya menelpon dan menegur, tapi saya siap menerima resiko bahkan siap dipecat. Namun setelah kejadian ini malah saya menjadi semangat kerja dan tak ingin melakukan hal yang sama lagi.

Saya ingin belajar, ingin kuliah di Eropa walau entah bisa atau tidak. Namun di sisi lain saya tidak akan egois lagi, saya tahu bahwa saya adalah manusia yang setidaknya harus menjadi manusia selayaknya. Kelak akan menikah, karena wanita juga lah yang akan mendamaikan hati ini.

Namun tidak secepat itu. Pelajaran 2009 untuk 2010 yaitu “menikmati hidup dengan menyenangi diri sendiri…”

Begitulah kira-kira tema hidup tahun ini. Tidak usah mengeluh lagi, bila ingin sesuatu raihlah saja tanpa menunggu-nunggu karena rejeki pasti sudah ada. Tidak perlu sedih dalam kesendirian ataupun kesal, karena manusia banyak sekali.

Sedangkan kesalahan-kesalahan maupun beban yang lalu biarlah… tak usah dipikirkan dahulu, pasti ada saatnya memperbaiki kesalahan. Kini nikmati saja hidup dengan menyenangi diri sendiri…

Bila sudah menemukan wanita ya nikahilah, bila harus menjadi PNS ya nikmatilah, bila harus jadi ustad ( heheheee… enggak banget) ya apaboleh buat… setidaknya hati ini terus berusaha untuk mengejar mimpi dengan belajar dan terus belajar…
Bila ada yang bilang “hidup lu membosankan?”… jawab saja “iya ya…” (hehe… masa sih bosen? Enjoy aja tuh…)

Sebagai anak geografi, saat ini saya sadar bahwa tempat lingkungan yang berbeda dapat menyebabkan cara berfikir yang berbeda pula. Karena apa yang dilihat dan dirasakan seseorang juga berbeda sehingga sebuah kebahagian seseorang juga akan berbeda pula. Mungkin bila ada Albert Einstein, dia akan berkata “kebahagiaan itu relatif..”

Sebuah bentang alam dan tanah yang berbeda, atau segala jenis geografi yang berbeda dapat membedakan budaya mereka. Kata Mas Hafid (dosen saya dulu), bentangan alamlah yang membuat suatu budaya terbentuk hingga akhirnya menjadi sebuah peradaban. Karena itu tidak heran bila seseorang ada yang ingin begini dan ada yang ingin begitu hingga akhirnya tidak bisa bersatu.
Salah satu menyikapinya ialah dengan menghormati perbedaan yang ada, namun jangan harap bisa bersatu untuk hal-hal yang pribadi…

Karena itu menikmati hidup dengan menyenangi diri sendiri adalah hal yang paling gampang untuk saya lakukan…. Hal yang gampang namun jarang sekali saya lakukan…

2 comments:

Anonymous said...

"menikmati hidup dengan menyenangi diri sendiri"
mungkin itu hal paling mudah yang dapat dilakukan oleh orang, khususnya adalah orang dengan keterbatasan materi. imho!
tapi apakah semua org bisa melakukan hal seperti itu? agak ragu gw.. lalu muncul pertanyaan bagaimana cara mendapatkan kenikmatan hidup itu? terus ukuran kenikmatan hidup orang kan berbeda..rumit memang.

Daydeh said...

yup... karena rumit, mending gw nikmatin hidup gw sendiri aj...

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...