Tahun 2010 saya pernah melihat Bromo dari kejauhan ketika
saya ingin mendaki Gunung Semeru. Bahkan
ketika di pelawangan Mahameru, gundukan Bromo terlihat begitu bagusnya. Awal
maret 2012, menjadi kebalikannya, dari Pananjakan Bromo saya melihat Gunung Semeru.
Foto : Bromo - Semeru, maret 2012 |
Sampai Bromo jam 11 malam membuat saya malas karena terlalu
dingin, rasanya ingin tidur dan bangun sebangun bangunnya. Tapi itu tidak
mungkin, bersama ketiga teman saya, kami berempat terpaksa bangun jam 3 dini
hari untuk melakukan perjalanan ke Pananjakan untuk melihat sunrise Bromo. Dari
tempat kami menginap menuju Pananjakan, hanya kami berempat yang jalan kaki,
yang lainnya naik mobil jep. Lumayan pegel sih yah sekitar 1 jam berjalan, tapi
tetep semangat kawan.
|
Nah loh, ternyata Gunung Bromo yang ramai itu masih jauh
dari Pananjakan, lalu kita jalan kaki dari Pananjakan menuju Bromo, ya
lagi-lagi cuma kami berempat yang jalan kaki. Di perjalanan ini saya merasa
berjalan di Gurun Pasir yang luas, haha…. setelah berjalan sekitar 1 jam lebih
kami makan bakso sebelum mendaki Bromo.
Foto :tepi kawah Bromo |
Hari semakin siang, ketika kami mendaki malah sudah banyak
orang yang turun dari Bromo. Tapi ya gpp lah, eh buseh deh ternyata kami harus
mendaki anak tangga lagi, padahal udah pegel abis. Nah pas diatas barulah bisa
melihat kawah Bromo dan pemandangan disekitarnya. Serem juga ya ngeliat
kawahnya, klo jatoh gimana tuh. Seperti di igir (kanan kiri jurang), membuat
bulu kuduk merinding dan jadi agak takut ketinggian gitu sayanya.
Foto :Kuda di Bromo |
Foto :Restu $ kuda yang mau mati |
Sekitar setengah jam di Kawah, kami turun melewati anak
tangga, nah inilah puncak sensasi yang saya rasakan. Kaki saya bergetar, belum
sampai separuh anak tangga getarannya semakin memuncak dan saya bener-benar
tidak kuat lagi. Hahaa… Sampai di bawah anak tangga, terpaksa istirahat lagi
setengah jam, sambil menghayal naik kuda. Eh ternyata dapet juga kudanya, dan
kami pun menaiki kuda sampai ke penginapan.
Jujur, saya sangat bahagia ketika menaiki kuda, dan lebih
bahagia ketika si abang-abang yang punya kuda membiarkan saya menaiki kuda
sendirian, tidak seperti ketiga kawan saya yang kudanya dipegangi sama
abang2nya. Sumpah lah itu terasa di surga, naik kuda melawati turunan dan
naikan ekstrim serta berjalan di padang pasir. Huhuuuu… kayak di jaman apa
gitu.
No comments:
Post a Comment