Tuesday, January 15, 2013

Cerita

Apapun yang terjadi di dunia ini, yang diselimuti teknologi tinggi, yang berjelumit tentang segala hirarki teori, bagai partikel-partikel suara kebisuan, aku hanyalah seorang manusia. Gesekan-gesekan viola membakar cahaya kesunyian, tidak seperti gelombang ombak di malam hari. Sejak itu, aku tidak bisa bicara lagi…

Tidakkah kau pahami, bahwa aku begitu menyukai kata-kata indah yang mengandung makna tiap katanya, yang termajas dalam kalimat, membentuk prosa-prosa ilmiah tentang emosi. Lalu memahaminya dengan sangat dalam, terpaku membentuk angin-angin yang tak berwajah.

Dengarlah, haruskah ku ulangi kalimat-kalimat itu… untuk meyakinkan mu, bahwa dibalik sebuah cerita ada cerita…
Aku untuk mu… membentuk polar hati tanpa peduli impian besar ku serta impian besar mu…
Kamu untuk ku… terbuka asmara yang melewati benua, jangan pedulikan dunia…
kita bersama… jangan pedulikan dunia… ini asmara kita…
Jangan pedulikan semua… ini cerita kita…

No comments:

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...