Monday, January 28, 2013

Semua mungkin hanya singgah dan cepat berlalu...

Alunan musik terus menjaga hati ini, menghapus perih dan luka yang juga menghiasi langkah hidup ini. Senyum dan tawa menjadi obat pelipur lara yang tak bisa dijawab dengan logika ini, juga dalam otak yang menyongsong sebuah utopia. Aku tidak pernah ragu dengan takdir ini.

Biarlah kegalauan ini mengalir bersama darah yang berputar disekujur tubuh, biarlah dia menari bersama sel-sel putihku. Karena aku percaya semua ada hikmahnya, bukan penyesalan yang terus menerus membawa ilusi hitam. Biarlah ku resapi satu persatu bagian rasa yang tidak pernah ku temui jawabannya, lalu biarlah dia tidak terjawab seperti cerita pujangga.

Jangan khawatirkanku, juga jangan kasihaniku… biar angin yang membisikan lewat hari demi hari yang mungkin akan membeku suatu saat nanti. Karena keyakinan tumbuh bukan dari pantulan, tetapi langsung menembus jantungku, atas sebuah rasa yang terbentang heningkan benua.

Di sini, di negeri ku… di awan-awan yang lembut. Sementara engkau berlari mengejar mimpi-mimpi. Aku tidak bisa ikuti oranglain yang juga berlari. AKu… Tersimpan dalam jalinan yang membentuk kotak surat, yang akan ku baca setelah pagi ini. Agar kau tidak cepat menghilang dari bayanganku, atau mungkin berlari dari genangan yang belum dimengerti ini.

Cinta sama sekali bukan cerita logika, bukan cerita dogma, bukan cerita-cerita kemapanan dan keberhasilan, terlebih tahta dan harta. Dia hanya alasan mengapa di bumi ini aku bisa ada di depan mu…dan semua mungkin hanya singgah dan cepat berlalu...

No comments:

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...