Sunday, February 3, 2013

Ke'elokan dan Kecantikan Sumatera Barat...

Foto : Pemandangan senja dari Pantai Pariaman, Januari 2013.
 Bila cinta datang memelukmu pasrahlah, sepasrah langit senja.. (Purwaceng Band)

Keelegan itu datang pertama kali saya menyentuh pantai di Kota Pariaman, di akhir-akhir matahari ingin tenggelam. Warna kemerah-merahan nan jauh di laut barat yang merupakan bagian dari Samudera Hindia, langit senja itu benar-benar membuncah hasrat saya untuk mendekati sedekat-dekatnya. Hanya beberapa menit saja pemandangan itu terjadi, dan ini merupakan moment pertamakalinya bagi saya melihat langit senja yang begitu elok, perahu nelayan yang mengapung di tengah langit senja yang merah merona.
Foto : Danau Maninjau, Januari 2013.
Perjalanan menuju Agam dari Kota Pariaman melalui jalur barat dimanjakan pemandangan yang begitu indah, kami seperti ada dalam kaldera karena gunung dan bukit tidak bosan-bosan mengelilingi kami. Danau Maninjau layaknya lautan di tengah daratan, berjalan di sisinya seperti memasuki dongeng-dongeng peradaban Melayu Minang. Perlahan-lahan di dalam mobil rombongan kami saling berdiskusi tentang tanah ini. 
Foto : Air Terjun Anai, Januari 2013.
Kata teman kami yang merupakan anak arsitektur, walau dia tidak ikut dalam perlanan ini, tapi cerita tentang Rumah Gadang masih terngiang dalam diskusi kami. Katanya, Rumah gadang dibangun dengan runcing besar layaknya kerbau bertanduk dengan badan rumah yang besar dan pondasi-pondasi kecil di bagian bawah sebagai topang kekuatan untuk berdiri kokoh, membuat keseimbangan rumah menjadi sangat kuat sehingga rumah gadang menjadi tahan gempa. Tidak seperti rumah biasa, yang sangat mudah terbelah dan rusak bila terkena sedikit getaran gempa.
Foto : Longsor di Agam, Januari 2013.
Tujuan kami datang ke Agam yaitu untuk melihat langsung evakuasi korban longsor beberapa hari yang lalu selepas banjir besar di Jakarta. Memang tidak terlalu diliput oleh media namun korban longsor ini melebihi korban banjir di Jakarta. Ketika kami datang, 17 korban meninggal sudah ditemukan, ada tiga lagi yang masih terpendam tanah longsoran. 
Foto : Bulan di tengah malam menuju februari 2013
Bentuk alam Sumatera Barat yang dilalui bukit barisan serta bagian pantai baratnya yang merupakan lingkaran api (ring of fire) pertemuan lempeng, membuat wilayah di provinsi Sumbar rawan sekali bencana, khususnya gempa dan longsor. Oleh karena itu kami dari WASAIGA (Waspada dan Siaga), datang ke Sumbar untuk mempelajari bagaimana proses penanganan bencana di wilayah Sumatera Barat. Serta untuk melihat seberapa besar peran dan kebutuhan teknologi khususnya peta dalam membantu penganganan. Karena menurut kami di setiap wilayah memiliki kebutuhan informasi bencana yang berbeda-beda.
Foto : Jam Gadang, Februari 2013.
Saya masih ingat ketika masih duduk di sekolah dasar, ada permainan favorit saya yaitu monopoli, disitulah saya mengetahui nama tempat-tempat yang terkenal di Indonesia. Beberapa diantaranya ada di provinsi yang sedang saya datangi ini, seperti Danau Maninjau, Bukittinggi, Kota Padang dan Pariaman, Jam Gadang dan Rumah Gadang sebagai ikon kartu monopoli. Terlebih ibu saya, dia sering sekali bercerita sebelum saya tidur saat kecil, dia mendongengkan cerita-cerita khas minang seperti Siti Nurbaya dan Malinkundang.
Foto : Museum Buya Hamka, Januari 2013.
Dan ketika saya tumbuh menjadi dewasa, beberapa buku sastra dan ilmu pengetahuan datang dari darah orang minang. Seperti Tafsir Al Qur’an yang pertama kali saya baca, karangan Buya Hamka, beliau membuat tafsir tersebut di balik tirai besi penjara. Begitulah hikmah dalam biografinya, dimana saat itu para alim ulama sedang dibantai karena sejarah politik di negeri ini, dia malah ditahan dan saat penahanan itulah lahir sebuah Tafsir Qur’an yang terkenal di negeri ini bahkan di dunia. Begitulah ilmu, dia terus menyebar dan hidup menjadi cahaya bagi generasinya. Sampai akhirnya ketika saya bertemu dengan Ibu dari sahabat kami yang tinggal di Solok Sumatera Barat, Ibu tersebut bilang “saya senang kalian bisa datang ke sini, dengan ilmu kita bisa mengelilingi dunia”. Tokoh lainnya yang mendunia yaitu Bung Hatta yang merupakan wakil presiden RI pertama, serta Taufiq Ismail yang sering muncul di pelajaran Bahasa Indonesia saat sekolah.
Foto : Masakan Padang, Januari 2013.
Oleh karena itu, kedatangan kami di sini tidak hanya untuk mempelajari bencana alam, namun juga untuk melihat langsung peninggalan sejarah, wajah-wajah orang minang, mendengar logat bahasa, dan mencicipi makanan dari masakan khas minang yang lagi-lagi terkenal di nusantara dan dunia. Tidak lupa menikmati alamnya yang ternyata cantik sekali, membuat mata dan hati begitu damai.
Foto : Ngarai Sianok, Januari 2013.

Foto : lucu yak... di Ngarai Sianok, Januari 2013.

Ngarai Sianok, bentangan alam membentuk patahan seperti akibat aliran sungai yang terjadi ratusan juta tahun yang lalu, atau mungkin karena gempa. Sebuah lembah diapit tebing-tebing tinggi yang berpola aliran, yang berkelok-kelok, di sisinya terdapa goa-goa bersejarah yang dibangun Jepang.

Foto : Salalahua, kue khas Pariaman, Januari 2013.
Salalahua, makanan khas orang pariaman, katanya cuma orang pariaman yang bisa buat. Sepanjang hari, tidak kenal pagi, siang, sore dan malam, rasanya cuma ada makanan berat. Sempat saya berfikir, bila saya tinggal di sini mungkin saya menjadi sangat gendut karena makanannya. Jus pinang menjadi minuman bersenasi tinggi, dicampur telur itik, susu dan madu membuat rasa menjadi kaya, tidak hanya itu, jus ini juga mampu meningkatkan keperkasaan. Untuk makanan sendiri saya sering melihat kunyit dicampur ke segala kuah.

Sejak kelas 1 SD sampai saat ini, walau saya sudah pindah rumah, selalu saja tetangga saya ada orang minang. Sehingga tidak asing bagi saya mendengar logat-logatnya, namun kini lebih seru karena mendengarkan langsung logatnya. Tapi kata teman saya yang bernama mbul, “ngomongnya cepet-cepet amat ya, udah cepet, gak ngerti lagi… pusing gue…”.
Foto : Wajah-wajah orang minang, Januari 2013. (Maaf gak bilang2)
 Selain itu, sudah beberapa kali saya dekat dengan wanita yang berasal dari minang dan sudah dua kali kerja di perusahaan yang direkturnya wanita dari minang. Sehingga saya sering memperhatikan wajah-wajah orang minang, serta karakternya. Saya akui, melayu minang memiliki khas tersendiri dibanding wilayah-wilayah lain di Indonesia. Kebanyakan dari mereka wanitanya cantik-cantik kuat pendirian dan laki-lakinya ulet pejuang keras dalam bekerja.
Foto : Perjalanan di Sumbar, 29 Januari - 1 Februari 2013.
Terlalu banyak yang ingin saya tuangkan di sini, yang jelas Sumatera Barat begitu indah, sejuk dan memesona. Sampai akhirnya saya kembali ke Jakarta, ternyata baru saja wanita asal minang menjadi puteri Indonesia.      
 Foto : Bayu, Daydeh dan Danu (Tim Wasaiga)... Januari 2013
Wasaiga merupakan komunitas peduli bencana alam di Indonesia, baru dibentuk tahun 2012 non profit. Wasaiga bertujuan untuk membantu mengurangi resiko bencana dengan ilmu yang kami miliki sebagai anak lulusan geografi. Dengan peta dan keruangan kami belajar memahami kearifan lokal dalam menangani bencana. Kami juga terus membukan dan mencari link dalam perjalanan ini seperti ke PMI, PMR, Kampus-kampus, BPBD dan BNPB. Diharapkan dengan adanya komunitas yang peduli bencana maka kita sebagai anak bangsa yang hidup di daerah rawan mampu menangani bencana dengan baik. Perjalanan ke depannya kami tidak hanya ingin dihuni oleh alumni-alumni geografi tetapi siapa saja yang mau bergerak.
Keterangan : Foto-foto diambil tanpa diedit sama sekali...
Foto : Wasaiga dengan PMI Kota Pariaman (Roni, Putra, Uda Dedi, Fadil, Danu, Mbul)


No comments:

Untuk Adik Gaza

 Adik, kamu kuat di sana Rambutmu berdebu wangi surga Getaran jari tanganmu dan keringnya kulitmu adalah cinta dari Tuhan yang Maha Besar He...