Foto : Super Alay |
Meredamkan sepi yang ujungnya fatamorgana…
Mengalirkan naluri yang diciptakan untuk masa depan…
Untuk suara alam yang diam menyepi…
Satu per satu daun-daun berguguran…
Pertanda waktu terus menipis..
dari ruh yang hinggap di tubuh..
bersama takdir yang telah diturunkan..
Entah pada siapa aku harus bicara…
tentang jiwa yang bersemayam pada malam…
pada garis-garis sandiwara kesepian…
yang terus mebelenggu hati ini…
Saya coba bangkit dari jatuh, meski itu harus berulang-ulang. Terus pandangi kebenaran agar tidak selamanya dalam kesalahan. Hidup ini bukan jendela, bukan tempat untuk melihat hamparan bumi. Sehingga saya harus berdiri, berjalan bahkan berlari mengejar satu sisi yang membentuk mimpi. Walau terkadang air mata jatuh karena tak sanggup lewati besarnya angin yang menerjang.
Saya dan malam, berpadu lewati angin yang dingin, yang di dalamnya terdapat sejarah kegagalan. Sungguh, saya tidak sanggup melihat lukisan awan malam ini, terlalu abstrak dan gelap. Mungkin, saya lelah hadapi semua ini, sampai saya tidak mengerti apakah ada cahaya lagi yang mampu bangkitkan hati dari cerita gelap dalam empedu. Tuhan… Aku ingin kembali pada-Mu…
No comments:
Post a Comment