Monday, April 18, 2011

Jangan sombong dalam bekerja...

Sore itu Jakarta cerah, pergerakan kendaran tidak pernah berhenti di setiap ruas jalan. Para pegawai dan pedagang bekerja mencari rezeki, ada yang penghasilannya besar dan ada yang kecil. Dalam dunia kerja kantoran, yang jabatannya lebih tinggi maka berpenghasilan tinggi, dan memang biasanya yang jabatannya lebih tinggi adalah mereka yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang lebih. Sedangkan para pedagang atau pembisnis tergantung dari apa yang dijadikan transaksi, semakin besar nilai transaksi maka semakin besar pula pendapatannya. Selain pengalaman dan pengetahuan dalam berbisnis, dibutuhkan pula feeling atau keyakinan besar dalam berbisnis agar apa yang diperjualbelikan itu berhasil.

Biasanya, orang yang baru lulus sekolah, SMU atau kuliah, mereka akan terjun ke dunia kantoran awalnya. Kelak ketika jiwa bisnisnya muncul maka suatu saat mereka meninggalkan dunia kantoran lalu beralih ke dunia bisnis. Tidak sedikit orang yang berhasil, namun tidak jarang juga yang gagal. Semua tergantung bagaimana tindakan dan cara-cara melakukan usahanya.

Dunia kantoran sarat dengan jabatan dan kekuasaan, tidak heran orang berlomba-lomba mendapatkan kekuasaan itu, ada yang caranya benar sesuai atauran dan adapula yang tidak benar. Semakin pintar seseorang dalam dunia pekerjaannya maka semakin tahu pula celah-celah ruang kebenaran dan kesalahan untuk bisa meninggikan nilai pendapatan seseorang. Biasanya celah-celah ini banyak diketahui oleh orang yang menduduki jabatan sebagai manager dan diatasnya, dan sedikit diketahui oleh para staf dan bawahannya.

Dunia kantoran bekerja seperti pertandingan sepakbola, ada direktur pemilik club/kantor, manajer/pelatih, staf/pemain dan crew/pembantu. Di pertandingan, semua bergerak sesuai saran pelatih, bila ingin menang perlu displin, kerjasama yang baik dan yang lebih penting adalah semuanya ikut merasakan senasib dan ingin menang. Sama-sama mencari ruang kesempatan untuk mencetak goal, tanpa harus melakukan banyak pelanggaran tentunya. Karena, ribuan penontong ingin melihat permainan yang fair, jujur, menarik, bagus dan tentunya meraih juara.

Dengan adanya FIFA maka pertandingan sepakbola diorganisasi dan diawasi sesuai norma-norma yang mementingkan sebuah kebenaran dalam pertandingan, sehingga kebohongan atau siapa yang bermain curang akan dikenakan sanksi. Bagusnya, semua personil dalam tim mengikuti aturan tersebut dengan baik. Itu yang bisa kita saksikan untuk membandingkan dunia kerja, dan tentunya itupula yang menjadi sesuatu hal yang paling menarik sampai saat ini di dunia. Liga-liga eropa dan champion eropa menjadi sorotan paling tajam, lebih tajam dari dunia politik dan hiburan.

Aturan dunia kerja tidak jauh berbeda dengan sepakbola, rakyat sebagai penonton, perusahaan-perusahaan sebagai tim/club sepakbola, pemerintah sebagai FIFA. Penonton bisa senang bila tim bermain dengan baik dan meraih kemenangan, penonton puas, penonton tidak menyesal membeli tiket. bagaimana bila FIFA tidak bekerja dengan baik?

….

Ada sebuah negara dengan sumberdaya alam yang besar, sakin besarnya sumberdaya alam di negeri itu sampai perusahaan-perusahaan berebut mengambil kekayaan alam sebanyak-banyaknya demi keuntungan sebesar-besarnya. Pemerintahnya pun ikut sibuk membuat surat ini surat itu agar cara-cara yang salah yang dilakukan perusahaan tersebut menjadi sah dan benar, dengan surat ini surat itu maka pemerintah ikut mendapatkan hasil dari kekayaan sumberdaya alam itu. Sedangkan rakyat tidak tahu apa yang terjadi di negerinya, rakyat tidak tahu betapa besarnya sumberdaya alam di negerinya karena pemerintahnya pun tidak pernah memberitahu kepada rakyatnya. 

Akhirnya, pemerintah dan perusahaan tersebut mempunyai pendapatan yang besar. Tentu saja, dijabatan yang lebih tinggi di pemerintah dan perusahaan tersebut yang semakin tinggi pendapatannya. Rakyat yang tidak tahu menahu harus tunduk agar tanahnya diberikan ke pemerintah dengan bayaran yang cukup, cukup untuk makan beberapa hari ke depan, setelah waktunya duit untuk makan itu habis dan rakyat menjadi serba kekurangan. Setelah waktu yang agak lama barulah rakyat itu berkoar-koar meminta keadilan, itupun tidak semua warga, sebagian dari warga ada yang iklhas-iklhas saja menerima kenyataan hidup yang pahit, sambil terus mengaji agar di akhirat nanti mereka dapat hidup bahagia.

Ada juga suatu wilayah dalam suatu negara di subtropis sana, yang diceritakan dalam novel Ranah 3 Warna. Dimana wilayah tersebut tidak ada kejahatan dan kemiskinan, sampai-sampai setiap rumah tidak mengunci rumahnya kapanpun waktunya karena setiap warganya yakin tidak akan terjadi kehilangan secuil barang di rumahnya.

Bila menghitung hari, sambil memperhatikan orang-orang tua di sekitar kita, ataupun orang yang sepanjang karir hidupnya terlihat di media, diitambah  referensi kitab agama dan buku-buku research/penelitan, maka bisa diambil beberapa pelajaran. Pertama, hidup ini hanya sebentar rasanya, tahu-tahu uban tumbuh dan badan tidak sesegar dulu. Kedua, manusia bisa kaya dengan cara yang salah dan benar, berarti hidup ini bisa dilakukan dengan kebenaran dan kebohongan, biasanya yang berbohong akan kejar-kejaran dengan hukum sepanjang hidupnya. Ketiga, apalah artinya kesombongan, dengan memamerkan hartanya, ilmunya, jabatannya, kekasih hidupnya, dan apa-apa yang berhasil dimilikinya, padahal hidup cuma sebentar. Keempat, semua manusia memang pasti punya salah, tapi kesalahan yang merugikan orang lain itu yang berbahaya. Kelima, sepertinya saya harus banyak belajar supaya tahu setelah mati nanti, apa saya benar-benar akan mati selamanya? ketika jasad dan ruh berpisah.

3 comments:

Meutia Halida Khairani said...

berat jg bahasannya.. salam kenal

Daydeh said...

salam kenal kembali....
cuma unek2...

avril said...

judul'a berat kaya isi'a tuh bro :)

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...