Thursday, November 18, 2010

Ini sepi yang indah...

Ini sepi… sepi yang indah…
Malam ini dingin… bermalam selalu dingin
Selalu ada bayangan… membayangkan melodi ku disamping ku…
Seolah senyum tidak ada habisnya di langit…
Lalu kau hadir dengan lelah mu..
Kembali lagi dengan lelah mu…

Kau tidak tahu betapa sakitnya aku dulu…
Kau memaksa kita tidak pernah ada…
Kau memaksa aku jatuh ketika baru saja berdiri
Aku lelah tertawa dengan mu…
Aku lelah dengan senyum mu…

Tapi aku senang dengan jiwa mu..
Lalu aku kesal sifat mu..
Tapi ku suka permainan ini…
Lalu aku kesal sifat mu…
Tapi aku cinta kamu
Lalu aku kesal kembali..

Aku dari langit gelap beresolusi merah…
Aku… penghayal termakan amarah
Udara putih suara ku yang pahit…
Sendiri dalam kerinduan yang terpendam…

Hei kamu… apa kau ingin terus memainkan ini..
Apa kau ingin meninggikan ku lagi…
Lalu menjatuhkan ku lagi..
Dan menginggalkan ku lagi…
Lalu pergi dengan ikrarkan kita tidak bisa bersama
Kita tidak bisa bersama…

Hingga ku sakit… terpaksa merasa pahit….
Dengan kebohongan mu sendiri….
Dengan dalil mu sendiri…
Membohongi diri…
….
Hei wanita… aku bisa melihat matamu…
Aku bisa melihat suara mu yang tidak kau ucapkan…
Aku bisa membuat mu jatuh…
Bisa membuat mu senang…
Seperti kau membuat ku senang dan jatuh…

Apa kau tidak kuat dengan sayap ku yang menempel di pundak mu…
Apa sayap ku terlalu besar untuk melindungi mu..
Atau seperti dalil mu saja… kita tidak bisa bersama…

Kasihan kita… kasihan kita… kasihan kamu dan aku…
… … …
Karena aku memang lahir dari awan tua…
Antara gemuruh dan hujan…

No comments:

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...