Hari ini tiba-tiba tersentak, gara-gara sejenak berjalan kaki di siang hari. Lalu memperhatikan kaki saya ini, dan melihat kendaran bermotor di daerah kuningan. Dengan sangat emosi saya kaget, ternyata saya masih memiliki kaki, dan kaki ini jarang digunakan, hanya di rumah atau di kantor. Itu saja, padahal kaki ini banyak maknanya, gara-gara selalu naik motor kini jadi merasa kehilangan kaki. Wahai kaki… maafkan aku ini yang sombong melupakanmu.
Gara-gara melihat kaki itu, saya jadi memperhatikan organ-organ lainnya. Mulai dari ujung kaki sampai kepala, dan sampai saya sadar dan menyesal telah menyia-nyiakan organ-organ yang saya miliki. Seperti tangan ini, entah apa yang dilakukannya. Begitupula mata yang semakin liar, serta pikiran yang tak terkontrol dan jarang belajar atau membaca.
Lalu saya perhatikan lagi keadaan luar, orang-orang asing yang ada di disini. Mengapa seperti ini? Saya browser segala keinginan yang saya ingin tahu di internet. Sayapun merasa sentak lagi, begitu sempitnya hidup saya. Hanya bekerja dan bekerja, sekali-kali bermain, tertawa dan tertawa lagi, atau sedih karena melihat bencana alam yang melanda negeri Ku.
Saat itu saya menyadari, sebenarnya mimpi saya sudah terjadi, hanya saja saya menyia-nyiakan dan memperlambat dengan hal-hal yang tak ada gunanya. Tuhan tidak salah, dia sudah memberikan apa yang saya inginkan. Orang tua saya tidak salah, mereka sudah memberikan kasih sayang yang begitu besar. Teman-teman saya tidak salah, mereka hanya berbeda mimpinya dengan saya.
Nyesal, ya saya menyesal akan kurang cepatnya saya dalam bergerak menuju mimpi-mimpi. Saya puas-puaskan hari ini untuk menyesal dan bersalah… ya saya bersalah… tapi saya menyadari bahwa ini belum terlambat, belum telat untuk mewujudkannya….
Ayooo daydeh… kita tebus dosa-dosa ini…
Gara-gara melihat kaki itu, saya jadi memperhatikan organ-organ lainnya. Mulai dari ujung kaki sampai kepala, dan sampai saya sadar dan menyesal telah menyia-nyiakan organ-organ yang saya miliki. Seperti tangan ini, entah apa yang dilakukannya. Begitupula mata yang semakin liar, serta pikiran yang tak terkontrol dan jarang belajar atau membaca.
Lalu saya perhatikan lagi keadaan luar, orang-orang asing yang ada di disini. Mengapa seperti ini? Saya browser segala keinginan yang saya ingin tahu di internet. Sayapun merasa sentak lagi, begitu sempitnya hidup saya. Hanya bekerja dan bekerja, sekali-kali bermain, tertawa dan tertawa lagi, atau sedih karena melihat bencana alam yang melanda negeri Ku.
Saat itu saya menyadari, sebenarnya mimpi saya sudah terjadi, hanya saja saya menyia-nyiakan dan memperlambat dengan hal-hal yang tak ada gunanya. Tuhan tidak salah, dia sudah memberikan apa yang saya inginkan. Orang tua saya tidak salah, mereka sudah memberikan kasih sayang yang begitu besar. Teman-teman saya tidak salah, mereka hanya berbeda mimpinya dengan saya.
Nyesal, ya saya menyesal akan kurang cepatnya saya dalam bergerak menuju mimpi-mimpi. Saya puas-puaskan hari ini untuk menyesal dan bersalah… ya saya bersalah… tapi saya menyadari bahwa ini belum terlambat, belum telat untuk mewujudkannya….
Ayooo daydeh… kita tebus dosa-dosa ini…
No comments:
Post a Comment