Tuesday, May 15, 2012

KEANGKERAN GUNUNG SALAK

Melihat berita yang bertubi-tubi tentang jatuhnya pesawat Sukhoi di Gunung Salak memaksa saya membuka laptop lalu menulis sebisa saya menulisnya. Sebelum saya bercerita tentang jatuhnya pesawat sukhoi itu, izinkan saya mengingat kejadian yang hampir sama pada tahun 2008 bulan juni.

Sore hari 27 Juni 2008 Ibu saya mengirim sms, bahkan menelpon ke teman2 saya mencari-cari keberadaan saya. Malamnya saya baru ingat kalau tanggal itu, hari kelahiran Ibu saya, keluarga saya sedang berkumpul di rumah mencari saya yang belum muncul-muncul di rumah.  Tapi akhirnya sinyal hanphone telah saya dapatkan, lalu saya SMS untuk meminta maaf tidak bisa ngumpul bareng bersama keluarga. Karena saat itu, saya sedang di Desa Tanjolaya Bogor, dan menjadi Tim SAR untuk jatuhnya pesawat Cassa 212. Kejadian itu bisa dilihat ditulisan saya di sini.

Gunung… merupakan sesuatu yang tidak bisa dianggap remeh. Dia seperti Dewa, bahkan beberapa orang menganggap Gunung adalah Tuhan. Karena Gunung selain menyeramkan, dia juga membawa keberkahan dengan menjadikan tanah begitu subur dan makmur. Di Indonesia, gunung sangat banyak jumlahnya, setiap gunung bercerita tentang dewanya masing-masing. Begitupula Gunung Salak yang belum lama memakan korban dari Pesawat Sukhoi buatan Russia.

Tahun 2008 pesawat cassa 212 jatuh di Gunung Salak ketika pesawat itu sedang mencoba alat foto udara terbaru, saat itu mereka ingin mengambil foto bumi di wilayah sekitar Gunung Salak. Saya melihat langsung serpihan-serpihan hancurnya pesawat dan korbannya. Tapi, saat itu orang-orang mengira bahwa jatuhnya pesawat itu karena pesawat cassa 212 umurnya sudah tua. Sedangkan saat ini, pesawat baru sukhoi pun bisa jatuh di gunung salak. Ini menandakan bahwa pada tahun 2008 jatuhnya pesawat cassa bukan karena pesawatnya sudah tua. Lalu karena apa kedua pesawat itu bisa jatuh?

Bila kita belajar iklim di Indonesia maka kita akan bisa mengetahui pergerakan angin yang disebabkan perbedaan tekanan, lalu kita akan bisa melihat pergerakan awan. Sehingga kita bisa mengetahui lokasi-lokasi berpotensi hujan, seperti yang sering kita lihat di berita tentang prediksi hujan. Tapi perlu diketahui bahwa yang dijelaskan di TV adalah sesuatu yang sifatnya umum, tidak menjelaskan lebih detail dampak-dampaknya di suatu lokasi yang berbeda, sebagai contoh hujan di daerah pantai dengan gunung, atau di daerah perkotaan dengan pedesaan.

Oke, mari kita menyimak ulasan iklim lokal di Gunung Salak versi Prof. Daydeh. Sebenarnya agak keliru bila kita menyebut Gunung Salak, mengapa? Karena di sana banyak sekali puncak gunung, sampai-sampai di peta tertulis Gunung Salak 1, Gunung Salak 2 dan seterusnya. Ini menandakan bahwa daerah di sana merupakan pegunungan, sehingga medan landskapnya atau gemorfologinya membentuk gunung-gunung dan lembah-lembah. Udah bisa ngebayanginkan kalau di sana ada banyak gunung dan lembah? Dari peta topografi atau peta ketinggian kita bisa mendapatkan informasi bahwa daerah sana relatif memiliki ketinggian yang berbeda-beda, rata-rata puncak gunung di sana sekitar 1800 – 2100 mdp atau (6000 – 10.000 kaki).
 
Masih ingat pelajaran sekolah dulu bahwa musim hujan jatuh pada bulan oktober – maret. kita perlu tahu bahwa saat ini sedang terjadi Global Warming yang menyebabkan berubahnya waktu musim hujan dan kemarau. Nah perlu anda ketahui lagi bahwa hujan juga dipengaruhi oleh bentuk muka bumi suatu wilayah atau landskap atau geomorfologi di suatu tempat. Nah gunung itu seperti magnet buat awan, awan-awan selalu mendekati si gunung dan bila si awan mengandung potensi hujan maka hujannya akan turun di sekitar gunung.

Kembali ke Iklim, bahwa di Indonesia pergerakan awan ketika membawa hujan selalu sama yaitu bergerak dari barat ke timur makanya pada saat SD dijelaskan bahwa musim hujan terjadi saat angin barat. So… tidak heran bila Indonesia bagian barat lebih subur dibanding Indonesia Timur, karena awan-awan hujan itu atau yang biasa disebut awan cumulusnimbus sudah jatuh lebih dulu di wilayah barat dan gunung-gunung di daerah barat. Seperti contoh di Pulau Jawa, pasti Jawa barat lebih banyak mendapatkan curah hujan dibanding Jawa Timur yang puaaanaaasssnyoooo ampun… Udah paham belum? Jadi ngerti ya kalau semakin ke barat dan semakin mendekati gunung maka awan dan hujan semakin banyak.

Dan Gunung Salak merupakan gunung yang terletak paling barat di Pulau Jawa sehingga dapat disimpulkan bahwa di daerah tersebut memiliki tutupan awan dan curah hujan yang paling banyak dibanding tempat-tempat lainnya khususnya di Pulau Jawa. Selain itu bisa jadi di daerah gunung salak memiliki siklus angin yang begitu kuat, makanya tahun 2008 helipet yang rencana mau mengambil jenazah langsung di TKP/di gunung, tidak bisa dilakukan karena udaranya tidak memungkinkan helipet turun ke lokasi, alias takut helipetnya ikut jatoh juga.

Kalau sekarang sudah dapet sedikit gambaran tentang Gunung Salak, kira-kira kenapa ya masih bisa jatoh pesawat sekelas Sukhoi? Simpel aja sih, menurut saya karena pesawat itu dengan beraninya terbang dengan ketinggian 1800 mdp, padahal ketinggian disana bisa mencapai 2100 mdp dan di sana jelas banyak sekali awan yang akan mengganggu pandangan si Pilot. Trus kenapa dia terbang di ketinggian tersebut?

Di berita saya dengar tadinya pilot terbang tinggi di ketinggian 10.000 kaki atau setara dengan 3000 mdpl dan si pilot minta turun ke ketinggian 6.000 kaki atau sekitar 1800 mdpl, lalu minta izin sama orang Indonesia yang memiliki hak kendali terbang, lalu di izinkan. Oleh karena itu setelah turun maka resikopun terjadi… Ada juga berita yang menjelaskan bahwa pilotnya yang bandel minta turun ketinggian.  Nah loh… siapa yang bener…
Bener-salah bukan masalah, yang penting jangan ada lagi hal kayak gini ya mas... ya mba...

Dari pandangan yang lain, yaitu dari pandangan seorang yang senang dengan dunia mistis, saya diberi tahu bahwa jatuhnya pesawat itu karena Prabu Siliwangi menarik mereka ke alam yang lain. Entah karen Sang Prabu marah atau lainnya.

Saya dan teman2 Geo UI pernah mendaki gunung salak (salak 1 atau 2 saya lupa), kami mendaki dari jam 1 siang dan baru sampai puncaknya jam 1 malam.... Saat itu banyak sekali teman kami yang wanita histeria menangis karena kecapean, padahal tinggi puncaknya hanya 2100 mdpl. haha... bukan main, memang pada saat itu hujan sering turun dan jalanan menjadi becek sehingga kami seperti berjalan diatas lumpur. Di atas puncak gunung salak juga terdapat makam yang terkadang didatangi warga untuk tahlilan...

Begitulah gunung, selalu memiliki cerita-cerita tentang dewa dan dewi... Kenapa saya bilang dewa dan dewi? karena tidak semua gunung bercerita tentang dewa, seperti Gunung Rinjani yang bercerita tentang seorang dewi yang mencintai manusia biasa.... Kini Dewi Anjani bersemayam dalam hening dan cantiknya sebuah gunung di Lombok sana...

No comments:

Melihat mereka (anak) pertama sekolah

Satu hal yang tidak terbayangkan, air mata tiba-tiba menetes ketika pertama kali mengantar anak sekolah. Raia, anak kedua yang kini berusia ...