Tepatnya kelas 2 SMA, saya duduk dipaling belakang bersebelahan dengan Zabroy, di depan saya ada Totem dan Bayu, di depannya lagi ada Idam dan Tw (laki2), dua meja paling depan diisi wanita. Zabroy, Totem dan Bayu, adalah laki-laki kocak di sekolah kami, bahkan si Totem dinobatkan menjadi raja lawak oleh teman2 se SMA kami , Idam & Tw laki-laki cerdas bahkan si Tw saat kelas 1 pernah menjadi siswa dengan nilai tertinggi di sekolah kami. Tapi anehnya, kami berenam ini tidak ada yang menjadi laki-laki bener seperti anak musolah atau anak Rohis. Saat itu kami mungkin seperti OVJ (opera van java), karena kelas menjadi sangat ramai dan ceria bila ada kami, dan akhirnya kami menamakan geng kami “Gorong-Gorong”… nama yang aneh.
Kami berenam sangat frontal, mulut kami berganti-gantian bicara baik ada guru ataupun tidak ada guru, entah tentang tebak-tebakan ataupun tentang nilai, dan kami memiliki tim favorit bola berbeda-beda. Hebatnya, justru 10 besar nilai terbaik di kelas kami ini dikuasai sama sederet tempat duduk kami. Tentu saja rangking 1 tidak berubah, selalu saja si Tw, lalu si Idam menjadi pria kedua nilai tertinggi setelah Tw, Idam masuklah dalam 5 besar. Sedangkan saya hanya 10 besar atau pria ketiga nilai tertinggi setelah Tw dan Idam. Nah, setelah saya ada 10 besar lainnya yaitu Totem yang bersaing sama laki-laki seberang deretan kami.
Tim gorong-gorong ini sangat iseng anak-anaknya, kalau udah bosen ngisengin anak-anak sekelas maka ngisengin kelas sebelah, atau terkadang guru pun diisengin. Pada pelajaran sosiologi, saya disuruh ke WC untuk membersihkan WC sekaligus cuci muka, gara-gara tidur saat si guru sedang mendongeng dengan buku sosiologinya. Pada pelajaran biologi saya disuruh keluar kelas dan tidak boleh masuk setiap pelajarannya, gara2 saya memotong-motong sebatang hapusan pensil lalu potongannya saya lempar-lempar ke beberapa temen alias iseng aja menyambit temen2 yang lagi pada konsentrasi mendengarkan pelajaran biologi oleh guru kami. Trus gimana bisa masuk kembali? Ya gara-gara saya dipanggil guru BP konseling agar saya meminta maaf dengan guru biologi tersebut. Akhirnya setelah seminggu lebih saya tidak ikut pelajaran biologi, sayapun minta maaf dan bisa kembali mengikuti pelajaran biologi. Dan ada beberapa guru lagi yang saya isengin diantaranya guru fisika dan bahasa.
Tapi yang paling parah saya lakukan adalah menyobek-nyobek kertas menjadi kecil lalu dikumpulin pada sebuah ember kecil. Ini gara-gara tidak ada guru yang mengajar pada waktu yang cukup lama, sampai akhirnya teman2 saya mengikuti saya menyobek-nyobek dan dikumpul pada ember lain yang lebih besar. Nah, dari lantai 3 kelas kami, pada jam pulang sekolah ember itu saya ambil lalu saya lempar potongan2 kertasnya ke udara sehingga seperti hujan salju. Abis itu saya kabur dan saya sendirpun kagum melihatnya… dan semua murid sekolah melihat kejadian itu…
Salahnya saya, saya tidak mikir kalau di bawah kelas saya adalah ruang guru. Wahhh….. besoknya saya dipanggil sama salah satu guru wanita, untungnya dia tidak marah dan hanya meminta saya tidak mengulanginya lagi…. “Makasih ya bu…
Gorong-gorong semakin terkenal sampai ke adik kelas, karena kami kemana-mana selalu beramai-ramai, dan selalu rame bikin orang ketawa. Hal rutin yang kami lakukan dikala pulang sekolah yaitu pergi ke rental PS untuk main bola PS, dan yang paling sering juara ya saya, terkadang si Idam karena idam memang jago dan punya PS di rumahnya.
Sekali lagi gorong-gorng emang anak2 yang rusuh, sampai-sampai teman kami pernah ada yang nangis ketika di cak atau diledek. Guru suka stress karena kelakuan kami, tapi guru-guru selalu kagum dengan prestasi nilai-nilai kami. Dari banyaknya cowo di kelas kami, cuma Tw, Idam dan saya yang akhirnya masuk IPA, yang katanya lebih disayang sama guru… asiiiik di sayang nih ye…
No comments:
Post a Comment